Jakarta, Aktual.com – Selain Uni Eropa, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga gencar mendatangkan investor dari China. Salah satunya untuk membiayai pembangunan proyek pembangkit listrik 35 ribu mega watt (MW). Cuma sayangnya, dana untuk pembangunan proyek ini pun yang katanya menggandeng investor China ini masih belum ada faktanya.
“Karena sampai hari ini, untuk proyek pembangunan pembangkit listrik kapasitas 35 ribu MW itu masih belum jelas dan masih dalam tahap MoU saja,” jelas Wakil Ketua Umum Gerindra, Arief Poyuono, kepada Aktual.com, Minggu (17/7).
Jadi, jangan berharap investasi China bisa memberikan dampak pertumbuhan ekonomi yang bisa menyumbangkan penerimaan negara. Baik dari sektor pajak maupun non pajak untuk menutupi defisit tersebut. Atau jangan-jangan pada akhirnya pada akhirnya pinjam lagi dari China Development Bank (CDB) seperti tiga bank BUMN lalu, yang masing-masing ngutang US$1 miliar yang diprakarsai oleh Menteri BUMN Rini Soemarno.
“Karena nyatanya pinjaman itu malah disalurkan ke pihak swasta seperti ke Sinar Mas Grup. Atau juga untuk menutupi tagihan hutangnya Arifin Panigoro untuk mengakusisi Newmont. Tapi tidak untuk mendukung proyek proyek baru seperti pembangunan infrastruktur,” cetusnya.
Sehingga pada akhirnya, dalam rangka menggenjot proyek infrastruktur dan menutup defisit, pemerintah paling akan mengoptimalkan pendapatan dana untuk menutup defisit dengan cara menerbitkan Surat Utang Negara.
Namun, kata dia, SUN yang akan diobral murah dan obligasi pemerintah pada para pemilik dana, yaitu dengan memberikan bunga tinggi dan diskonto yang besar. Ini karena adanya country risk yang tinggi serta minus kepercayaan kepada Jokowi.
“Sara rasa sulit keadaan keuangan negara untuk bisa ditolong, kalau pola-poila Jokowi hanya seperti orang mengemis untuk cari dana di luar negeri. Ditambah komposisi menteri ekonominya juga banyak ngasih khayalan sama Jokowi,” pungkas Arief. (Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka