Jakarta, Aktual.com — Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng mengatakan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung merupakan bentuk investasi model Kolonial China.
Menurutnya, ada 3 ciri yang bisa dilihat dari bentuk kolonialisme Tiongkok. Pertama, proyek ini merupakan bagian dari pembangunan China yang memposisikan Indonesia sebagai salah satu propinsi dari Negara Republik Rakyat China (RRC) dan membutuhkan transportasi kereta cepat.
Proyek kereta cepat akan menjadi pelampung penyelamat perusahaan kereta China yang hampir roboh akibat utangnya yang setara dengan utang pemerintah Brazil.
“Kontrak proyek kereta cepat yang telah ditandatangani oleh pemerintah Indonesia akan menjadi jualan perusahaan China untuk menumpuk utang baru dari pasar keuangan global,” ujar Daeng di Jakarta, Kamis (4/2).
Kedua, lanjutnya, proyek ini akan menggunakana bahan baku, barang modal dan tenaga kerja dari China. Maka, dengan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini, China dapat kembali memajukan ekonominya, membangkitkan Industri besi baja di negara tersebut yang tengah lumpuh dan mengatasi pengangguran yang semakin meluas di China.
Ketiga, proyek kereta cepat ini akan meciptakan jerat utang dan ketergantungan jangka panjang Indonesia terhadap China.
Daeng menjelaskan, proyek yang dialirkan ke Indonesia dalam bentuk utang atau pinjaman kepada BUMN-BUMN di Indonesia dengan investasi awal senilai USD5,5 miliar dengan usia kelayakan proyek selama 40 tahun. Pada tingkat bunga 5 persen dan kurs Rp13.800 per USD, maka rakyat Indonesia per para penumpang kereta cepat akan membayar dalam jangka panjang dalam bentuk bunga senilai Rp180 triliun, dan pengembalian pokok utang senilai 75 triliun.
“Secara keseluruhan rakyat Indonesia akan membayar kepada China senilai Rp255 triliun,” jelasnya.
Daeng menegaskan, proyek kereta cepat ini sama sekali tidak memberikan keuntungan langsung maupun tidak langsung kepada Industri nasional, keuangan nasional dan kesejahteraan rakyat.
“Justru sebaliknya, proyek ini akan menciptakan ketergantungan dalam jangka panjang Indonesia kepada China,” tandasnya.
Artikel ini ditulis oleh: