Jakarta, Aktual.com — Pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung merupakan kebijakan yang sangat berbahaya dan mengancam rakyat Indonesia. Pasalnya proyek tersebut tidak mendatangkan devisa, namun malah menjadi beban bagi rakyat Indonesia
Kepala Pusat Kajian Ekonomi Politik Universitas Bung Karno, Salamuddin Daeng, menyatakan proyek tersebut memiliki nilai yang sangat mahal. Selain itu, proyek tersebut menggunakan dana pinjaman asing dan tidak mendatangkan devisa, namun rakyat nantinya harus membayar utang dengan mata uang asing.
“Inikan proyeknya menggunakan dana pinjaman, proyek ini tidak mendatangkan devisa, namun rakyat harus membayar tagihan utang dengan mata uang asing. Bahkan nantinya rakyat ditekan dari harga tiket dan pajak,” kata Salamudding Daeng di Jakarta, Minggu (31/1).
Dirinya mensinyalir adanya persoalan korupsi di dalam proyek tersebut, pasalnya proyek tersebut terlalu mahal dan tidak realistis dibanding dengan pembangunan kereta cepat di negara lain.
“Itu dana pembangunan berkali-kali lipat nilainya dibanding negara lain. Diduga ada persoalan korupsi, baik dari depan (ketika kontrak awal) atau nanti di belakang (ketika sudah jadi),” tegasnya.
Sebagaimana yang diketahui bahwa Iran juga sedang mengerjakan proyek kereta cepat Tehran-Isfahan sepanjang 400 km dengan nilai USD2,73 miliar yang akan menempuh ibukota Tehran menuju kota Isfahan. Sementara Jakarta-Bandung dibangun hanya sepanjang 142 Km dengan biaya yang jauh lebih mahal yakni USD5,5 miliar.
Selain itu, pemerintah bekerjasama dengan perusahaan yang lagi bermasalah terhadap keuangan dalam pembangunan proyek tersebut. Perusahaan yang membangun proyek kereta cepat Indonesia mempunyai beban utang mencapai setara dengan besaran utangnya negara Brazil.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka