Petugas memeriksa salah satu pipa di Kilang RU (Unit Pengolahan) V Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (14/4). Melalui program "Refinery Deveploment Master Plan", Pertamina akan meningkatkan kapasitas Kilang RU V dari 260 MBSD (ribu barel per hari) menjadi 360 MBSD. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/16.

Jakarta, Aktual.com — Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) merisaukan kerjasama pembangunan kilang Tuban antara PT Pertamina dengan perusahaan Rosneft (BUMN asal negara Rusia).

Presiden FSPPB, Noviandri mengatakan kerjasama ini tidak hanya semata urusan bisnis, namun ada tendensi politik yang akan menyulitkan bagi Indonesia.

“Kerjasama ini agak bahaya, Rusia itukan lawan politik Amerika Serikat, begitu Rusia bermain dengan Indonesia, itu pasti Amerika Serikat tidak tinggal diam, ini kita menjadikan arena pertempuran politik,” kata Noviandri di Jakarta, Selasa (24/5).

Dia menceritkan sebelumnya kejadian seperti ini pernah terjadi, waktu itu Pertamina masih banyak ketergantungan dengan Amerika Serikat, namun kebijakan memutuskan kerjasama pembangunan kilang dilakukan dengan negara Iran, sehingga Indonesia mengalami tekanan dan akhirnya pembangunan di Banten tersebut dibatalkan.

“Pertamina membutuhkan dana pinjaman ke AS, tapi oleh Lembaga Keuangan AS, diblok semuannya, (kami akan buka kalau anda lepas kerjasama dengan Iran), maka pembangunan kilang kita di Banten dengan Iran dulu tidak terealisasi karena tekanan Amerika Serikat, Ini kerjasama dengan Rusia bisa terjadi lagi,” risaunya.

Dia menambahkan, jika diamati dari kebijakan pemerintah sekarang lebih intens kerjasama denga negara Komunis. “Kalau kita lihat sektor ekonomi lebih ke China negara komunis, sedangkan kerjasama dengan Rusia yang juga negara konunis, jadi apa artinya ini?” Tanya nya.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka