Jambi, Aktual.com — Kerugian yang timbul akibat kebakaran lahan dan hutan gambut di Provinsi Jambi selama tahun 2015 hingga bulan Agustus ini yang merusak lahan seluas 9.149 hektare mencapai Rp716 miliar.
“Dengan merujuk studi evaluasi dampak kebakaran gambut yang dilakukan Warsi bersama IPB beberapa waktu lalu, kebakaran lahan gambut di Jambi tahun ini menimbulkan kerugian sebesar Rp716 miliar,” kata Manajer KKI (Komunitas Konservasi Indonesia) Warsi, Rudi Syaf di Jambi, Minggu (30/8).
Rudi menjelaskan, kerugian yang timbul dihitung dari pencemaran udara, kerugian ekologi, kerugian ekonomi, kerusakan tidak ternilai dan biaya pemulihan kondisi lingkungan.
Selain itu, dampak kerugian secara ekonomi yang timbul akibat kebakaran hutan dan lahan yang terus terjadi tentu mengancam komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi karbonnya.
“Indonesia sudah berkomitmen menurunkan emisi karbon pada tahun 2020 sebesar 26 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan kerja sama internasional,” ujarnya.
“Namun dengan melihat pola kebakaran yang terjadi, rasanya sangat sulit untuk mencapai komitmen tersebut, karena penyelamatan gambut dari kebakaran seharusnya menjadi tolok ukur untuk meredam emisi karbon,” katanya.
Dikatakannya, harusnya komitmen ini dipertajam dan dipertegas, karena Indonesia merupakan negara yang paling rawan terhadap dampak perubahan iklim yang bersumber dari emisi karbon.
“Kita harus melihat bahwa pemanasan global tidak hanya sebagai slogan belaka, dampak dari pemanasan itu sudah bisa kita rasakan langsung, dan sebagai negara berkembang kita yang paling kuat terimbas dampak perubahan iklim. Sehingga pencegahan dan pengendalian kebakaran seharusnya menjadi perhatian serius bukan seremoni belaka,” kata Rudi menjelaskan.
Dia mengatakan, seluas 9.149 hektare lahan dan hutan gambut di bagian timur Jambi terbakar selama tahun 2015 yang menyebabkan kabut asap di Provinsi Jambi khususnya.
Angka luas lahan yang terbakar itu, kata Rudi, didapat berdasarkan analisis citra satelit TM 8 di dua kabupaten yakni Muaro Jambi dan Tanjung Jabung Timur.
“Pengujian kami lakukan dengan melihat citra satelit dan melakukan ‘gorund cek’ ke lapangan,” kata Rudi Syaf.
Dijelaskannya, kebakaran lahan dan hutan yang terjadi ini berada dalam kawasan hutan produksi, hutan lindung gambut dan perkebunan sawit.
Kebakaran terjadi di konsesi PT WKS, di area Hutani Lestari, Tumbuh Gemilang Abadi, Bumi Andalas, Puri Hijau Lestari, Era Sakti Wira Forestama, Bara Eka Prima dan Bina Makmur Bestari. Selebihnya kebakaran gambut juga terjadi di kawasan areal penggunaan lain.
“Kebakaran tiap tahun terus berulang dan tahun ini lebih parah dari dua tahun sebelumnya. Ini karena lemahnya komitmen para pihak terhadap persoalan kebakaran gambut. ‘Hot spot’ sepanjang tahun 2015 juga meningkat yakni sebanyak 711 dengan konfidence level 80 persen,” katanya menambahkan.
Artikel ini ditulis oleh: