Jakarta, Aktual.com — Analis pasar modal menilai bahwa keterbukaan informasi oleh perusahaan tercatat (emiten) terutama BUMN merupakan salah satu sentimen yang dinanti kalangan pelaku pasar untuk menjaga fluktuasi indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
“Di tengah minimnya sentimen fundamental ekonomi baik dari dalam negeri maupun eksternal, keterbukaan informasi terkait rencana ekspansi emiten terutama BUMN sedang dinanti pasar. Pasar akan merespon setiap kegiatan emiten, dengan begitu diharapkan dapat mendorong minat aksi beli saham di dalam negeri,” ujar Kepala Riset PT Recapital Securities Andrew Argado di Jakarta, Kamis (10/9).
Menurut dia, berkaca pada krisis sebelumnya pada tahun 2008 dan 2013 lalu, saham-saham BUMN menjadi penopang IHSG. Saat itu, pelaku pasar cenderung menempatkan dananya dengan melakukan akumulasi saham BUMN karena dinilai memiliki kinerja yang tetap positif meski dibayangi krisis.
Saat ini, lanjut Andrew Argado, saham-saham BUMN cenderung dinilai sama dengan emiten lainnya karena minim ekspansi sehingga ikut bergerak melemah cukup dalam seiring dengan saham-saham non-BUMN.
“Pada saat ini, kesaktian BUMN cenderung berkurang. Biasanya BUMN menjadi motor penggerak di tengah kondisi pasar yang bergejolak,” ujarnya.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa masih ada beberapa BUMN yang masih cukup prospektif, salah satunya BUMN sektor infrastruktur menyusul salah satu program utama pemerintah Indonesia untuk membangun infrastruktur.
Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan mengatakan bahwa dibutuhkan penanganan serius mengenai BUMN yang sahamnya telah tercatat di BEI sehingga kembali diminati oleh investor.
“Eforia pasar terhadap saham BUMN mulai menurun, ini satu hal yang perlu dipikirkan agar bisa kembali memberikan harapan kepada investor. Jika tidak ada kebijakan baru dari Kementerian BUMN maka bukan tidak mungkin saham BUMN kurang dilirik investor,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka