Gedung-gedung bertingkat menjulang tinggi di Jakarta, Sabtu (24/2/18). Ekonomi nasional merupakan faktor yang sangat penting untuk mendorong sektor properti yang belakangan ini stagnan. Komitmen pemerintah untuk memperkuat daya saing dan memperbaiki iklim usaha dinilai Bank Indonesia perlu terus direalisasikan agar mampu mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2018 yang ditargetkan mencapai 5,1-5,5 persen (tahun ke tahun/yoy). AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Ekonom senior Mari Elka Pangestu, menilai ketidakpastian eksternal yang bisa memengaruhi perekonomian nasional semakin bertambah.

“Meningkat ketidakpastiannya, bukan karena perang dagang tetapi juga karena the Fed kelihatannya akan lebih cepat meningkatkan tingkat suku bunga, sehingga rupiah akan mengalami pelemahan,” kata Mari Elka ditemui usai seminar The Economist di Jakarta, Kamis (5/4).

Mantan Menteri Perdagangan itu menilai perang dagang global memunculkan kekhawatiran mengganggu iklim perdagangan dan ekspor yang dalam satu tahun terakhir membaik.

Kekhawatiran perang dagang antara Amerika dan China muncul setelah Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif untuk produk impor baja sebesar 25 persen dan produk aluminium 10 persen.

“Selama setahun terakhir perdagangan dan ekspor membaik, ini (perang dagang) bisa menganggu,” ucap Mari Elka.

Menghadapi berbagai ketidakpastian eksternal itu, Mari Elka berpendapat Indonesia perlu merangsang permintaan dari dalam negeri.

“Kita beruntung masih punya pasar dalam negeri yang besar,” kata dia.

Upaya mendorong permintaan dalam negeri oleh pemerintah dapat dilakukan melalui belanja negara yang membantu lapisan masyarakat paling bawah, misalnya melalui program padat karya dana desa dan program keluarga harapan.

Selain mendorong permintaan dalam negeri, perlu pula memperhatikan mengenai kepercayaan konsumen (consumer confidence) melalui penyelesaian permasalahan isu-isu mengenai pajak dan ketidakpastian regulasi.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: