Jakarta, Aktual.com – Satu persatu bangunan mulai diratakan tangan besi mesin becko. Suara teriak penolakan iringi tiap gerak maju mesin berat tersebut di Kali Apuran, Kedaung, Kapuk, Jakarta Barat, Selasa (23/2) pagi tadi.

“Beraninya pakai tentara, kita rakyat!” teriak warga yang tak terima rumahnya diratakan Pemprov DKI.

Laju mesin berat sesekali tersendat saat di hadapannya berdiri barikade warga. Namun tidak berlangsung lama. Sekitar 300 aparat gabungan dari Satpol PP, polisi dan TNI yang lakukan pengawalan langsung merangsek warga untuk bergeser dan tidak halangi mesin berat. Tidak lama kemudian, mesin berat kembali melenggang lanjutkan tugasnya.

Tidak semua dari kubu para penggusur merasa nyaman dengan tugasnya. Pengemudi becko, Rudy (24) jujurnya mengaku takut dengan warga yang rumahnya diratakan oleh mesin berat yang dikemudikannya.

“Campur aduk, bang. Saya takut sebetulnya,” ucap Rudy kepada Aktual.com di lokasi penggusuran, Cengkareng, Jakarta Barat, Selasa (23/2).

Bahkan dia terpaksa menutupi mukanya dengan kupluk dan kain di ruang kerjanya yang sempit dan pengap. Alasan pria yang tinggal di Pulo Gadung itu, “Takut dikenali warga bang.”

Dia sendiri mengaku sebenarnya tidak tega meratakan rumah warga Kali Apuran yang berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah itu.

Rudy harus menahan perasaannya saat melihat warga menangis ketika satu persatu rumah mereta rata dengan tanah. “Gak tega saya. Bagaimana perasaannya pasti sedih. Bagaimana kalau itu keluarga saya?” ucap Rudy lirih.

Namun karena tuntutan ekonomi, Rudy yang baru dua bulan kerja di Dinas Pekerjaan Umum (Dinas PU) itu terpaksa harus jalankan tugasnya.

Rudy hanya bisa berharap warga Kali Apuran yang tergusur bisa segera mendapat tempat tinggal pengganti untuk berteduh. “Semoga aja bang, minimal mereka dapat rusun biar bisa tidur. Kasian mereka banyak yang punya anak kecil,” ucapnya kelu.

Artikel ini ditulis oleh: