Selasa pagi mahasiswa Indonesia yang hendak pulang setelah selesai mengikuti program studi banding di Jepang memenuhi kios yang menjual oleh-oleh di Bandara Narita, Jepang. Mereka memborong makanan dan pernak-pernik khas negeri Sakura ini.
Jepang terkenal dengan sub kulturnya, maka tidak heran banyak wisatawan yang mengunjungi Jepang akan berburu semua yang berhubungan dengan anime ataupun merchandise dari idol Jepang.
Seperti Evi yang membeli majalah yang berisi tentang Japan idol seperti Takeru sato, Sun Oguri, Ryo Niksido, Sexy Zone. Hey Say Jump, Exile, Arashi. Ia membeli karena majalah tersebut banyak berisi gambar-gambar idolanya.
“Aku beli majalah ini karena banyak gambar-gambar dari artis-artis kesukaan aku, buat dilihat-lihat saja, kalau tulisannya aku tidak mengerti,” ucapnya.
Begitu juga dengan Naning yang membeli majalah rejama Jepang hanya untuk mengejar hadiah tas “Attack on Titan”, yang menjadi komik populer di Jepang.
“Aku suka banget sama `Attack on Titan’ jadi pas ngeliat ada majalah Vivi berhadiah tas Attack on Titan aku langsung beli aja, padahal aku gak ngerti itu majalah apa,” kata Naning yang sehabis mendapatkan tas tersebut majalahnya diberikan kepada temannya.
Begitu sukanya ia kepada komik tersebut ia juga membeli tiga jilid edsi spesial komik tersebut beserta dvd-nya.
Hal lain yang ia lakukan selama di Jepang adalah bermain Gashapon. Gashapon adalah mesin yang menjual mainan. Mainan tersebut dimasukkan di dalam kapsul plastik sepintas melihatnya seperti bola Pokemon.
Ia mengaku tidak tahan untuk memasukkan koin ke dalam Gashapon ini. Untuk sekkali memutar gashapon dibutuhkan 200 yen hingga 400 yen (Rp22.600-Rp45.000).
Menurutnya bermain ini sangat seru karena untung-untungan dan mainan yang didapatkan tidak dapat ditebak.
“Kalau lagi beruntung akan dapat mainan yang bagus dan kalau tidak ya mainananya biasa saja,” katanya.
Selama di Jepang ia bermain gashapon sebanyak tujuh kali, dan ia merasa beuntung saat mendapatkan jam tangan.
Hal sama juga dilakukan Dicky, selama sembilan hari kunjungannya ke Jepang ia telah bermain Gashapon sebanyak 19 kali.
“Seru aja memasukkan koin ke dalam mesin dan dapat mainan, kan di Indonesia enggak ada,” katanya sambil tertawa.
Ia mengatakan semua hadiah yang didapatnya sebagai oleh-oleh buat teman-temannya di Indonesia.
Lain hal dengan Bhisma, ia tidak melewatkan kesempatan ke Jepang untuk membeli gitar elektrik Duesenberg seri Starplayer TV. Ia membeli gitar tersebut karena di Jepang lebih murah dibandingkan di Indonesia.
Sebelum keberangkatannya ke Jepang ia telah berselancar di dunia maya untuk mencari tahu tentang harga gitar itu di Jepang yang ternyata lebih murah.
Ia sudah lama mengingnkan gitar itu sejak ia melihat review dari toko musik di Indonesia.
“Pertama kali tau gitar ini gara-gara melihat review gitar tersebut, dan disitu gue mulai cari-cari di youtube, terus beberapa serlang beberapa bulan gue nonton duet Tohpati dn Budjana di Java Jazz, sound gitarnya enak banget. Taunya Budjana make Duesenberg dari situ gue mulai benar-benar suka,” kata mahasiswa yang juga musisi itu.
Cynthia, mahasiswa Media Komunikasi di Trisakti tidak terlalu terobsesi dengan pernak-pernik dari Jepang tetapi ia lebih senang dapat mengikuti serangkaian kegiatan orang Jepang pernah dibaca di komik.
“Aku senang dapat mengikuti pelajaran upacara minum teh, karena ritual ini anggun dan tidak semua orang Jepang dapat mengikutinya,” katanya.
Selain mengikuti pelajaran upacara minum teh ia pun tak lupa mencoba mandi di pemandian umum atau yang dikenal dengan onsen dan juga tidur di futon seperti orang Jepang.
Salah satu toko yang tak boleh dilewatkan saat mengunjungi Jepang adalah toko 100 yen. Karena barang-barang di Jepang cukup mahal maka banyak anak muda yang mengincar toko ini untuk dijadikan oleh-oleh maupun untuk sendiri.
Toko 100 yen ini banyak namanya seperti Daiso, Seira dan lain-lain dan cukup mudah di temukan di pusat perbelanjaan.
Namun barang-barang yang dijual bukan buatan Jepang, melainkan buatan Tiongkok, hanya saja desainnya yang dari Jepang jadi pembeli tidak akan menemukan barang yang sama di jual di luar Jepang.
Toko tersebut seperti toko serba ada yang menjual berbagai macam barang seperti peralatan dapur, alat tulis, kebutuhan berkebun hingga makanan ringan.
Begitulah, setiap tempat memiliki ciri khas tersendiri untuk dikunjungi dan dinikmati.

()