Jakarta, Aktual.com — Ekonom, Faisal Basri menyebut kondisi ketimpangan saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Sehingga mimpi pemerintah untuk menjadi negara besar tidak akan terjadi, kalau tidak ada perubahaan seperti saat ini.

“Dari ratusan negara yang ada, ternyata negara Indonesia menempati posisi terburuk ketiga dalam penguasaan kesejahteraan,” jelas Faisal dalam sebuah diskusi Middle Income Trap, di Universitas Atmajaya, Senin (18/4).

Dengan kondisi yang memilukan itu mencerminkan ketimpangan pendapatan di Tanah Air sangat besar. Indeks gini ratio sendiri hingga akhir 2015 lalu masih sangat tinggi, yaitu mencapai 0,43.

“Kenapa posisi kita ada di peringkat ketiga terburuk? Karena kekayaan nasional sebanyak 50,3 persen ternyata hanya dikuasai oleh 1 persen rakyat Indonesia. Ini fakta yang tidak bisa dianggap remeh,” tutur dia.

Dengan angka itu berarti memang menunjukkan fakta yang sangat menyedihkan. Bahkan negara seliberal Amerika Serikat (AS) saja yang menikmati kekayaan nasional di atas 1 persen.

“Tapi yang terjadi di Indonesia seperti itu. Makanya kalau selama ini bicara revolusi mental, maka revolusi mental seperti apa yang berdampak itu? Karena faktanya belum kelihatan revolusi mental itu,” papar Faisal.

Untuk itu, kata dia, barangkali rakyat Indonesia perlu memberikan masukan ke Jokowi agar revolusi mental itu bisa berhasil.

“Jadi pemerintah harus dapat mencarikan solusinya agar bisa meningkatkan ke level middle income atau bahkan high income. Tidak lebih lama terperangkap (trap) ini atau ketimpangan pendaptan ini,” pinta dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan