Jakarta, Aktual.com – Dengan kondisi ketimpangan ekonomi yang semakin tinggi pasca adanya desentralisasi, ternyata kondisi tersebut membuat kesejahteraan petani juga kian memperhatinkan.

Garis kemiskinan yang masih tinggi mayoritas diisi oleh kalangan petani. Hal itu membuat kehidupan petani di Indonesia paling timpang di antara negara-negara di Asia Pasifik. Baik dari sisi lahan, atau kesejahteraan secara umum.

“Di sektor pertanian ini, faktanya gini rasio lahan masih di angka 0,64. Ini di atas gini pengeluaran. Ternyata, rata-rata kepemilikan lahan di Indonesia jauh lebih rendah dibanding negara-negara lain di Asia Pasifik,” jelas ekonom INDEF, Imaduddin Abdullah, di Jakarta, Kamis (4/5).

Faktor pemicu ketimpangan, kata dia, pada intinya ada tiga. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang tak berkualitas. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan sektor tradable lebih rendah dibandingkan pertumbuhan sektor non-tradabale.

Kedua, adanya ketimpangan akses dimana terjadi ketimpangan dalam kemampuan di antara kelompok masyarakat untuk mengakses fasilitas dasar. Dan ketiga, adanya ketimpangan dalam kepemilikan aset yang dapat dikelola seperti masalah tanah.

“Dan faktanya ketimpangan lahan semakin jelas terlihat pada sektor pertanian. Karena komposisi petani yang memiliki lahan kurang dari setengah hektare ternyata semakin besar,” ungkap dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka