Bagi Ketua Umum Partai Golkar ini, Pancasila sudah final. Tidak ada lagi perdebatan selain upaya-upaya untuk memperkaya dan melestarikan nilai-nilai yang termaktub dalam lima Sila dalam Pancasila. “Finalitas itulah yang mampu meneguhkan dan mempertahankan keberadaan kita saat ini sebagai anak bangsa, sebagai warga negara dan sebagai Rakyat Indonesia di bawah naungan NKRI.”

Sebagai umat beragama, Pancasila juga telah teruji sebagai nilai yang sama sekali tidak bertentang dengan dengan ajaran keagamaan. Contohnya, di tengah momentum pelaksanaan Ibadah Puasa di Bulan Ramadhan, nilai-nilai yang diwariskan Pancasila sangat relevan dengan maksud dan tujuan ibadah puasa itu sendiri.

Nilai-nilai tentang ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan serta keadilan, menjadi substansi ibadah puasa, yang bertujuan menjadikan kaum Muslim sebagai insan yang bertaqwa, peduli terhadap sesama manusia, menjaga persatuan dan mengedepankan permusyawaratan, agar keadilan dapat merata serta dirasakan oleh setiap Rakyat Indonesia.

“Peringatan Hari Pancasila 1 Juni mengirim pesan agar kita senantiasa menjalani kehidupan sebagai makhluk yang berketuhanan dan mengimplementasikan nilai dan rasa kemanusiaan ditengah-tengah kemajemukan di negeri ini, agar tercipta semangat persatuan dalam permusyawaratan, demi mewujudkan tujuan dan cita-cita mulia, keadilan bagi seluruh Rakyat Indonesia.”

Dia mengajak masyarakat untuk menjadikan Hari Pancasila sebagai ‘warning’ untuk menguji kembali loyalitas dan integritas sebagai anak bangsa. “Meski zaman terus berubah, tantangan datang silih-berganti, Pancasila senantiasa relevan untuk dijadikan sebagai benteng dan tameng serta mengembalikan jati diri kita sebagai warga negara Indonesia yang sesungguhnya.”

Nailin In Saroh

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu