Sekitar 1.000 lebih penonton dari Indonesia, Selandia Baru, Tonga dan Samoa menikmati konser dua negara tersebut. Mereka bernyanyi dan menari bersama tanpa sekat perbedaan negara.
Setidaknya, 15 lagu dibawakan dalam konser ini. Sebut saja, lagu asal Selandia Baru berjudul ‘Haere Mai’, ‘Pokarekare Ana’, ‘Tangaroa Whakamautai’, ‘Hine E June’, ‘Haumanu’ serta ‘Aotearoa’. Sementara lagu dari Indonesia antara lain, ‘Pangkur Sagu’, ‘Bolebo’, ‘Gemufamere’, ‘Siomama’, serta ‘Rame-Rame’.
Satu lagu dari Indonesia yang sangat populer di Pacifik berjudul ‘Mimpi Sedih’, dibawakan dengan epic secara duet oleh Andmesh Kamaleng dan Tama Waipara. Lagu ini telah banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa di wilayah Pasifik. Di Selandia Baru sendiri, saduran lagu ‘Mimpi Sedih’ diberi judul ‘E Ipo’ yang dipopulerkan penyanyi legenda Selandia Baru, Prince Tui Teka. Standing upplause membahana usai lagu ‘Mimpi Indah’ dan ‘I Po’ dibawakan secara bersamaan.
Politisi Partai Golkar ini menjelaskan, konser ‘The Symphony of Friendship’ merupakan bagian dari rangkaian perayaan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia dengan Selandia Baru. Konser istimewa ini sengaja digelar untuk menunjukan kepada dunia bahwa Indonesia adalah bagian dari rumpun Pasifik yang memiliki kesamaan budaya.
“Kedutaan Besar Republik Indonesia di Wellington telah melakukan berbagai kegiatan untuk merayakan 60 tahun hubungan Indonesia dengan Selandia Baru. Mulai dari seminar, pameran foto, panggung seni dan berbagai kegiatan lainnya yang dibuka saat kunjungan Presiden Jokowi ke Selandia baru bulan Maret lalu. Konser ‘The Symphony of Friendship’ merupakan puncak dari kegiatan tersebut. Konser ini sangat dasyat luar biasa. Semua yang hadir sangat terpesona,” tutur Bamsoet.
Kalau saja, tambah Bamsoet. “Saya hari ini memiliki kewenangn untuk mendorong Tantowi menjadi Menteri Luar Negeri, pasti sudah saya lakukan.”
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menegaskan diplomasi musik dan budaya merupakan sejarah baru dan penting bagi Indonesia dan Selandia Baru. Karena melalui diplomasi musik dan budaya, kedua negara bisa memahami karakter dan kebiasaan negara masing-masing.
“Di dalam hubungan antar bangsa dewasa ini, diplomasi budaya telah menjadi salah satu upaya untuk memperkecil perbedaan dan menembus hambatan psikologis yang seringkali muncul dalam hubungan antar negara. Dan Melalui kegiatan ‘The Symphony of Friendship’ ini saya harapkan Indonesia dapat kembali hadir bersama saudara-saudara kita di Pasifik,” tegas Bamsoet.
Seperti diketahui, Indonesia dan Selandia Baru secara etnis memiliki kesamaan, yaitu kesamaan rumpun sebagai bangsa Pasifik, yaitu Melanesia dan Polinesia. Indonesia adalah rumah bagi 80 persen etnis Melanesia dan Polinesia yang bertempat tinggal di Papua, Maluku dan Nusa Tenggara Timur. Indonesia selama ini lebih dikenal sebagai rumpun Asia daripada sebagai rumpun Pasifik.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menilai konser ‘The Symphony of Friendship’ juga dapat menjadi salah satu sarana meningkatkan kerjasama Indonesia dengan Selandia Baru dalam konteks Pacific Engagement, terutama dalam people to people connectivity. Selain, untuk memuluskan diplomasi Indonesia di wilayah Pasifik.
“Saya harap orkestra ini bisa menjadi jembatan antara Indonesia dan Selandia Baru dalam saling memahami dan semakin mempererat hubungan kedua negara. Kolaborasi musik ini bukan hanya sebagai ekspresi melodi dari perasaan dan komunikasi artistik di dalam pikiran. Namun juga sebagai jembatan untuk saling memahami peradaban dan juga menjadi simfoni dalam persahabatan warga kedua negara,” pungkas Bamsoet.