Istanbul, aktual.com – Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi mengunjungi negara tetangga Jepang untuk mempertahankan laporan badan pengawas nuklir itu atas rencana Tokyo membuang limbah nuklir tersebut ke laut.
Grossi tiba di Selandia Baru pada Senin (10/7) dan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Nanaia Mahuta.
“Sebagai suara yang dihormati di bidang perlucutan senjata dan non-proliferasi, Selandia Baru merupakan mitra utama IAEA,” cuit Grossi setelah pertemuan dengan Mahuta.
Kedua pejabat itu membahas pelepasan limbah nuklir yang sudah diolah dari pembangkit Fukushima Daiichi Jepang yang rusak, perang Ukraina, dan masalah non-proliferasi lainnya, lanjut cuitan itu.
Perjalanan Grossi ke Selandia Baru adalah bagian dari kampanyenya di kawasan sekitar Jepang untuk mempertahankan laporan IAEA mengenai Fukushima yang mengatakan pembuangan air yang diolah akan memiliki dampak “tidak berarti” bagi orang-orang dan lingkungan.
Laporan tersebut diserahkan kepada Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pekan lalu. Namun, laporan itu mengatakan IAEA tidak merekomendasikan atau mendukung keputusan nasional Jepang untuk melepaskan air yang diolah ke laut.
Dia juga akan melakukan perjalanan ke Kepulauan Cook, yang saat ini mengetuai Forum Kepulauan Pasifik, untuk “menangani masalah, mendengar pandangan, dan mengklarifikasi peran IAEA.”
Sementara China menyebut laporan itu “terbatas” dan juga melarang makanan laut dari 10 wilayah bagian di Jepang.
Unjuk rasa juga berlangsung di Seoul ketika Grossi mengunjungi Korea Selatan selama akhir pekan.
Laporan IAEA itu “kosong” tanpa “bukti ilmiah untuk mendukung pembuangan air terkontaminasi dari pembangkit listrik tenaga nuklir Jepang,” kata 11 anggota parlemen oposisi Korea Selatan, menurut Yonhap News yang berbasis di Seoul.
Para anggota tersebut berangkat menuju Jepang pada Senin untuk memprotes rencana Tokyo membuang limbah nuklir.
Jepang berencana membuang limbah nuklir tersebut ke laut pada musim panas ini.
Selama akhir pekan, Grossi bertemu pejabat Korea Selatan dan anggota oposisi untuk membahas masalah tersebut.
Rencana pembuangan limbah oleh Jepang yang diumumkan pada April 2021, menghadapi kritik tajam dari negara tetangga seperti China, Korea Selatan, Korea Utara, dan Taiwan, begitu pula dengan organisasi internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-bangsa.
Sementara itu, Amerika Serikat mendukung usulan tersebut, menyusul pembahasan bertahun-tahun untuk menangani 1 juta ton air yang disimpan di komplek pembangkit nuklir Fukushima sejak bencana pada 2011.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Rizky Zulkarnain