Serang, aktual.com – Ketua Komisi IV DPR RI Sudin meminta PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) untuk berfokus memproduksi beras segmentasi premium dan bukan segmentasi level medium. Dengan demikian, segmentasi beras jenis medium, ungkap Sudin, akan menjadi wilayah kerja khusus yang diproduksi oleh penggilingan padi lokal berskala kecil.
“Beliau (Presdir PT Wilmar Padi Indonesia), pada prinsipnya menyetujui,” ujar Sudin usai melakukan Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspik) Komisi IV DPR RI ke PT WPI, Kabupaten Serang, Banten, Selasa (13/12) kemarin.
Sudin mengakui pengusaha penggilingan padi lokal tidak akan mampu bersaing dengan PT WPI. Pasalnya selain pendanaan yang terbatas, sistem pengolahan gabah juga sangat berbeda. Suding menjelaskan pengusaha penggilingan lokal membeli dan menggiling gabah hingga menjadi beras dalam satu hari itu juga. Sementara PT WPI dapat membeli gabah dari petani di hari tertentu, namun dapat dilakukan penyimpanan (storage) hingga berhari-hari, sehingga banyak produk turunan yang bisa dihasilkan untuk dijual.
“Apalagi tadi dikatakan, harga beli gabah keringnya dari Karawang saja sudah Rp 6.100, ongkosnya Rp 200. Jadi, total Rp6.300. Harga jualnya saja sudah tidak mumpuni. Beda dengan Wilmar. Setelah Wilmar tadi kasih keterangan, bukan hanya produksi beras saja. Tapi juga ada bekatul, sekamnya, dan minyak rise brand oil yang dijual. Turunannya banyak. Kalau penggilingan kecil kan hanya penggilingan saja. Bekatulnya belum tentu mereka bisa pilah. Di situlah mungkin nilai tambahnya PT WPI ini,” ujar Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini
Sudin pun meyakini, jika PT WPI fokus dengan segmentasi premium ini, mereka tetap dapat menjual dengan harga Rp12.500 hingga Rp13.000 per kilogram.
“Karena segmentasi pasar beras premium dan medium ini kan beda,” ujarnya.
Menanggapi itu, Direktur Operasional PT WPI, Saronto Soebagio menilai, sejatinya industri penggilingan padi masyarakat tidak perlu khawatir akan kehadiran Wilmar Padi Indonesia di sejumlah sentra produksi beras nasional. Sebab, menurutnya, misi yang dibawa Wilmar tidak semata business oriented, tetapi juga berkeinginan menjadi agen pembangunan yang siap bergandeng tangan dengan siapapun. Termasuk juga dengan industri penggilingan padi masyarakat.
“Di Jawa Timur, sebagai wilayah awal Wilmar Padi Indonesia beroperasi. Kami sudah menjalin kerja sama dengan sejumlah penggilingan, bahkan di Banten juga. Kami sudah mulai melakukan pembicaraan dengan sejumlah penggilingan padi masyarakat,” ungkap Saronto.
Artikel ini ditulis oleh:
Megel Jekson