Jakarta, aktual.com – Ribuan peserta dari berbagai daerah berkumpul di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, pada Selasa (2/12/2025) malam untuk mengikuti Reuni 212. Agenda ini disebut sebagai ajang memperkuat kembali persaudaraan di antara mereka yang terlibat dalam Aksi Bela Islam 2016.
Ketua Organizing Committee Reuni 212, Habib Muhammad bin Husein Alatas, menilai kehadiran massa dalam jumlah besar menunjukkan bahwa semangat Aksi Bela Islam masih bertahan. Ia menyebutkan bahwa antusiasme peserta menjadi bukti kuat bahwa gelombang tersebut belum padam.
“Alhamdulillah, dari tim logistik tergabung hampir 73 dari komunitas, dan tergabung rangkaian ormas Islam, ormas nasionalis, yang luar biasa begitu hebat,” ujarnya dari atas panggung Reuni Akbar 212.
Ketua Umum Front Persaudaraan Islam (FPI) itu juga menyebut edisi Reuni 212 kali ini terasa berbeda karena turut dihadiri perwakilan pemerintah. Ia menyampaikan bahwa kegiatan tersebut bahkan mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi Jakarta.
Dalam kesempatan itu, Habib Muhammad bin Husein Alatas mengajukan usulan agar tanggal 2 Desember ditetapkan sebagai Hari Ukhuwah Indonesia. Menurutnya, tanggal tersebut menjadi simbol persatuan umat.
“Mumpung ada Wamenag, mumpung ada Gubernur, saya usul, bagaimana kalau 212, acara momentum besar ini, 2 Desember, kita usulkan jadi Hari Ukhuwah Indonesia. Setuju tidak?” ucapnya.
Usulan tersebut disambut meriah oleh peserta yang memadati Monas. Ia juga mengajukan agar 2 Desember ditetapkan sebagai hari libur nasional, sehingga masyarakat bisa berkumpul tanpa mengganggu aktivitas pekerjaan.
“Jadi 2 Desember jadi libur nasional, setuju tidak? Kira-kira kalau usul, boleh enggak usul? Jadi 2 Desember libur. Insyaallah, tiap mau harinya jatuh Senin, Selasa, Rabu, tetap hari libur nasional, kita tetap bisa kumpul di Monas,” katanya.
Humas Reuni 212, Buya Husein, menyampaikan bahwa acara tersebut telah rutin digelar sejak 2017 dan akan terus dilanjutkan di masa mendatang.
“Insyaallah reuni ini akan kita jadikan hari persaudaraan, hari persatuan umat Islam, hari kebersamaan. Bukan hanya milik umat Islam, tapi milik rakyat Indonesia bahkan sedunia,” ujarnya.
Ia berharap pemerintah dapat mempertimbangkan penetapan tanggal 2 Desember sebagai hari persaudaraan Indonesia karena dinilai memiliki banyak manfaat.
Sementara itu, Wamenag Muhammad Syafi’i menanggapi usulan tersebut dengan menyatakan bahwa pemerintah akan menampung masukan yang disampaikan.
“Paling tidak sudah saya catat usulan untuk menjadkan libur nasional, tapi apakah bisa atau tidak, itu harus saya sampaikan kepada Presiden Prabowo Subianto,” jelasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain

















