Jakarta, Aktual.co — Ketua Umum PB NU KH Said Aqiel Sirodj mengemukakan bahwa, Islam merupakan agama Rahmatan lil’alamin, yang mewujudkan tatanan hidup yang harmonis oleh setiap insan.

“Islam agama peradaban, berbudaya, akhlakul karimah menghargai perbedaan,” katanya dalam pelantikan PCNU Kota Bogor periode 2014-2019 di Pesantren Hammalatul Quran Al-Falakiyah Pangentongan, Kota Bogor, Selasa (6/1).

Ia mengisahkan, Islam pada puncak kejayaannya membawa prinsip insaniah, setelah Rasulullah, 13 tahun di Makah hanya diikuti sekitar 130 sahabat, sisa penduduk Mekkah lainnya menentang dirinya hingga akhirnya Rasul terpaksa pindah ke Kota Yatsrib atau dikenal dengan Madinah.

Saat memasuki Kota Yatsrib, Rasul bertemu dengan masyarakat yang pluralisme yang terdiri dari muslim pribumi (Ashor), muslim pendatang (Muhajirin) dan non muslim (Yahudi).

“Nabi masuk Kota Yastrib sudah mendapati masyarakat yang beragam ada tiga suku didalamnya,” katanya.

Pada masa itu, lanjutnya, Rasulullah SAW sudah membangun konstitusi yang maju tidak berdasarkan suku, agama maupun budaya. Hal ini yang menjadikan Kota Yastrib berganti nama menjadi Madinah yakni Kota Peradaban.

Dikatakannya, dalam Piagam Madinah, tidak dijumpai laval Islam dan Arab. Adanya persatuan dan kesatuan tidak memandang agama maupun suku.

“Semua penduduk Kota Yastrib sama dalam hak dan kewajibannya, tidak ada permusuhan kecuali pada yang melanggara hukum. Tidak boleh ada permusuhan karena agama dan suku,” katanya.

Namun sekarang, lanjut Aqiel, kondisi umat muslim mengalami kemerosotan lagi kemunduran, dengan mengataskan agama saling bermusuhan.

Ia menyebutkan, Nabi tidak pernah memproklamirkan adanya negara Islam dan peradaban. Tetapi peradaban tanpa Islam akan kering, oleh karena itu, Islam dan Peradaban harus sejalan. Seperti banyak negara Islam di dunia, Mesir, Irak, Iran, Afganistan, Suriah, semua memeluk Islam, tetapi peperangan masih terjadi sampai saat ini.

Ia mengatakan, diperlukan sikap pemaaf untuk menjadi pemimpin yang disegani, seperti yang diteladani Rasulullah. Pada tahun 8 Hijriah, Rasul bersama umat Islam yang berjumlah 15.000 berhasil masuk ke Makkah.

“Yang dilakukan Nabi adalah mengatakan barang siapa yang berlindung di Masjid, akan aman, berada di rumah tokoh Qurais akan aman, yang berada di rumah juga aman. Dengan sikap pemaaf itu semua penduduk Makkah masuk Islam,” katanya.

Dikatakannya, penduduk Makkah masuk Islam karena akhlah, sifat pemaaf, ramah dan santunnya Rasulullah SAW, mereka berempati hingga semuanya memeluk ajaran Tauhid.

Rasulullah, terus berjihad mengembangkan Islam, mendatangi sejumlah wilayah. Hingga pada tahun 40 Hijriah saat Syaidina Ali Bin Abi Thalib dibunuh oleh Abdurahman Bin Rojam yang mengatakan Ali kafir karena menerapkan hukum musyawarah seperti DPR.

“Tahukan siapa yang membunuh Ali, yakni orang yang rajin ibadahnya, khatam Al-qurannya, setiap malam shalat tahajud. Tetapi karena memahami Alquran secara pendek, ia membunuh Ali, yang merupakan keponakan Nabi, menantu Nabi dan pemuda yang dijamin Allah masuk syurga,” kata Aqiel.

Aqiel menambahkan, radikalisme dan terorisme sudah ada sejak zaman Jahiliyah, karena itu, harus dimusuhi secara bersama-sama.

Ia menegaskan, dalam Islam mengajarkan peradaban dan budaya akhlakul karimah dengan menghargai perbedaan. Dalam Al-quran ditegaskan, tidak boleh ada ancaman dalam Islam, baik yang dilakukan oleh bapak kepada anaknya sendiri.

“Dalam Islam tidak boleh ada kekerasan dalam urusan agama, tidak ada urusan agama dalam kekerasan. Apa yang dilakukan ISIS, membantai syiah itu bukan cara Islam, cara Islam bukan kekerasan,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: