Jakarta, aktual.com – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menegaskan, bahwa Islam Nusantara bukanlah aliran baru, melainkan pemikiran yang berlandaskan sejarah Islam masuk ke Indonesia secara damai dan kompromi terhadap budaya.
“Islam Nusantara bukan agama baru, bukan juga aliran baru,” kata Said Aqil dalam konferensi pers persiapan akhir pelaksanaan Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (3/7).
Islam Nusantara yang merupakan tema besar Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama belakangan ramai diperdebatkan berbagai kalangan, sehingga terjadi pro dan kontra.
Said Aqil lebih lanjut mengatakan, meskipun bersikap kompromi terhadap budaya di Nusantara, Islam Nusantara tetap tidak membenarkan adanya sebuah tradisi yang bertentangan dengan syariat Islam.
“Misalkan ada tradisi yang melegalkan seks bebas, itu tidak dibenarkan, tidak diterima dan dicarikan komprominya. Yang positif, masyarakat Indonesia kuno mengenal selamatan dengan sesaji, ketika Islam masuk diisi dengan pengajian, membaca ayat-ayat Al Quran, dibarengi sedekah, itulah tradisi Islam Nusantara,” kata Said Aqil.
Ia menegaskan bahwa tradisi Islam Nusantara tidak mungkin menjadikan orang radikal, karena tidak mengajarkan umat untuk membenci, apalagi membunuh orang lain.
“Ini sumbangsih NU kepada Indonesia dan dunia yang tidak radikal,” kata Said Aqil.
Sementara terkait persiapan Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama, Said Aqil menyebutkan persiapan saat ini sudah mencapai 85 persen. Materi Muktamar sudah ditetapkan dan didistribusikan, dan saat ini panitia tengah mendistribusikan undangan.
“Insya Allah Muktamar akan berjalan lancar,” kata dia.
Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama akan digelar di Jombang, Jawa Timur, 1-5 Agustus 2015 di empat pondok pesantren, yaitu Darul Ulum, Bahrul Ulum, Denanyar, dan Tebuireng.
Artikel ini ditulis oleh: