Termasuk kata Romi, pengguna sosial yang belakangan ini kian memprihatinkan, agar mempererat silatuhrami dan menghindari segala jenis fitnah. “Jika karena yang demikian meruyak ujaran kebencian di media sosial dan media konvensional, pantaslah hari ini kita melawan diri kita yang demikian. Seraya membentengi dari nafsu yang senantiasa mengajak kita kembali pada amarah. Karenanya mari, sudahi bersama marah-marah, sudahi saling melempar fitnah, sudahi bersama saling menyalah, sudahi semua silang pandangan dengan islah. Mari, rajut kembali silaturrahmi, jalin kembali persaudaraan insani, lakukan segera rekonsiliasi.”

Bagi umat Islam, lanjut Romi, pedomanilah ajaran Allah SWT dalam mengajak saudara-saudara kita untuk islah sebagaimana firman-Nya:

وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ تَفِيءَ إِلَىٰ أَمْرِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا ۖ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ.

Artinya:
Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zhalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zhalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. (QS. Al-Hujurat: 9).

Tanpa kesediaan untuk menerima diri kita bersalah, kata Romo sulit bangsa ini akan menapaki kemajuan. Tatkala bangsa lain sibuk merancang angkasa masa depan, kita sibuk bergulat dengan perdebatan soal bagaimana memposisikan agama di panggung penyelenggaraan negara.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu