Saudaraku, dari mana kebangkitan nasional harus dimulai? Dari kesadaran pentingnya keutamaan budi; budi utama. Pada awal abad ke-20, kesadaran itu bukan hanya tercermin dari kelahiran Budi Utomo, tetapi juga organisasi sejaman seperti Jamiat Khair (perkumpulan kebajikan budi), dan juga Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia: sakti, budi, bakti).
Singkat kata, budi pekerti adalah tumpuan utama kebangkitan dan kemajuan. “Budi” berarti pikiran, perasaan dan kemauan (aspek batin). “Pekerti” berarti tenaga atau daya (aspek lahir).
Pikiran itu pelita hidup. Sesat pikir, binasa hidup. Etika itu kendali hidup. Pudar moral, ambruk hidup. Kemauan itu daya hidup. Lemah karsa, kerdil hidup.
Budi pekerti baik menyatukan pikiran, perasaan dan kemauan manusia yang mendorong kekuatan tenaga yang dapat malahirkan penciptaan dan perbuatan baik, benar dan indah.
Pikiran sehat menyatukan pelajaran dan pemahaman. Perasaan sehat menyatukan hati dan pikiran. Kemauan sehat, menyatukan kehendak dengan pemahaman dan etos kejuangan.
Perpaduan semua itu terpatri dalam karakter. Karakter adalah lukisan sang jiwa; cetakan dasar kepribadian positif seseorang yang terkait dengan kualitas moral, ketegaran dan kekhasan potensinya, sebagai hasil dari proses pembudayaan.
Karakter bukan saja menentukan eksistensi dan kemajuan seseorang, tetapi juga sekelompok orang. Ibarat individu, setiap bangsa memiliki karakternya tersendiri yang tumbuh dari pengalaman bersama. Pengertian “bangsa” yang terkenal dari Otto Bauer, menyatakan, “Bangsa adalah satu persamaan, satu persatuan karakter, watak, yang persatuan karakter atau watak ini tumbuh, lahir, terjadi karena persatuan pengalaman.”
Tentang pentingnya karakter bangsa, Bung Karno sering mengajukan pertanyaan yang ia pinjam dari sejarawan Inggris, H.G. Wells, “Apa yg menentukan besar kecilnya suatu bangsa?” Lantas ia jawab sendiri, bahwa yang menentukan besar kecilnya suatu bangsa bukanlah seberapa luas wilayahnya dan seberapa banyak penduduknya, melainkan tergantung pada kekuatan tekad, sebagai pancaran karakternya.
Alhasil, jalan kebangkitan harus dimulai dari pembinaan budi pekerti sebagai wahana penanaman karakter, yang dapat menjadi akar kokoh bagi gerak tumbuh kemajuan bangsa.
Makrifat Pagi, Yudi Latif
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin