Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab, didampingi Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI), Bachtiar Nasir dan Panglima FPI, Munarman saat menggelar konfensi pers "Aksi Bela Islam III" di AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (18/11/2016). GNPF MUI akan menggelar aksi bela islam III yang dilaksanakan pada 2 Desember 2016. Hal tersebut menanggapi penetapan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai tersangka. Apabila Ahok tidak ditahan maka akan berpotensi melarikan diri dan sikap arogan yang selama ini suka mencaci dan menghina umat Islam seperti pernyataan menuduh peserta aksi bela islam 411 dibayar per orang Rp 500 ribu. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Aksi demonstrasi terkait kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta non aktif, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok rencananya akan digelar pada Jumat, 25 November dan 2 Desember 2016 nanti.

Namun demikian, para pelaku pasar berharap aksi demonstrasi itu bisa berjalan dengan damai. Pasalnya, dampak demo bisa menjadi sentimen bagi pergerakan pasar keuangan, baik itu rupiah maupun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

“Saat ini, para pelaku pasar keuangan berharap kondisi dalam negeri tetap stabil baik dari aspek politik maupun ekonomi. Soalnya, tekanan dari eksternal ‎begitu kuat, seiring The Fed yang mau menaikkan suku bunganya,” jelas analis pasar uang PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, di Jakarta, Selasa (22/11).

Menurut Lukman, laju rupiah saat ini memang masih terbilang stabil dan diperkirakan sepekan ke depan bergerak pada kisaran level Rp13.400 per dolar AS hingga Rp13.500 per dolar AS.

Pada perdagangan hari ini, berdasar data Bloomberg, rupiah dibuka pada posisi Rp13.410 dan ditutup melemah di Rp13.443 atau melemah 0,28%. Sementara IHSG ditutup menguat 56,355 poin atau 1,09% ke 5.204,674.

Lukman menambahkan, dengan kondisi pasar keuangan yang sedang stabil ini mestinya bisa dijaga. Sehingga persoalan seperti aksi demo nanti diharapkan tak menghasilkan sentimen negatif seperti yang khawatirkan oleh pelaku pasar.

“Pergerakan rupiah dipengaruhi sentimen dalam negeri dan eksternal. Sehingga, pelaku pasar keuangan berharap demo berjalan dengan damai, kalau anarkis bisa memperparah keadaan,” tutur Lukman.

Dia sendiri optimis, fundamental perekonomian Indonesia akan terus membaik. Baik dari sisi inflasi dan indikator makro ekonomi lainnya.

“Dari sisi fundamental kita masih dalam kondisi baik. Suku bunga masih dipertahankan, inflasi juga terjaga. Kami berharap kondisi ‎baik ini tetap terjaga,” harap dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan