Jakarta, Aktual.com – Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) meminta semua pihak jangan terlalu mengkhawatirkan dampak dari kebijakan Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump (Trump Effect).
Kendati dianggap pasti akan ada pengaruhnya, tapi yang terpenting adalah pembenahan perekonomian dalam negeri harus menjadi prioritas, dibanding mengurusi apa yang terjadi di Negeri Paman Sam itu.
“Ketidakpastian (ekonomi global) memang terjadi. Tapi jangan juga terlalu berlebihan (meresponnya). Bahwa kita selalu mengatakan, ada dua faktor yang memengaruhi ekonomi kita yaitu faktor luar dan faktor kita sendiri,” ujar Wapres di acara Breakfest Meeting, di Jakarta, Kamis (8/12).
Menurut dia, kondisi yang terjadi di luar negeri memang bisa berpengaruh terhadap perekonomian dalam negeri. Ada Trump Effect ada juga kasus Brexit di Uni Eropa. Dan katanya, memang akan berdampam ke perekononian China, Timur Tengah, efek kenaikan harga minyak ke batubara dan negara lain.
“Memang, dan kita pasti akan kena efek-efeknya. Itu tak bisa dihindari,” ucap JK.
Namun demikian, dirinya minta agar semua pihak jangan terlalu pesimis atau hanya memikirkan negara orang. “Marilah pikirkan internal kita. Karena mau eksternal jadi baik, (kalau doemstik anjlok) kita juga tidak bisa apa-apa. Soal Trump contohnya, apakah dia akan proteksionis? Saya kira tidak, tidak mungkin itu,” tandas dia.
Apalagi memang, barang-barang di AS itu, sekitar 90% barang di pusat perbelanjaan itu dari China, Indonesia, Banglades, Vietnam, dan Mexico.
“Sehingga dalam konteks itu, tidak mungkin juga Trump akan menerapkan kebijakan proteksionisme dengan memajaki barang-barang dari China. Kalau begitu, daya beli di sana akan menurun dan jatuh miskin. Bisa berontaklah rakyat AS,” cetusnya.
Jadi, menurut Wapres, apa-apa yang disampaikan Trump saat kampanye tak semua juga akan diterapkan oleh dirinya. Bahkan untuk memastikan itu, JK bertanya langsung ke mantan Presiden Barrack Obama.
“Saya tanya ke Obama dia malah ketawa. Katanya, pada akhirnya Trump akan pragmatis. Bahkan hanya di bawah 50 persen akan menjalankan apa yang dikampanyekannya dulu. Sama juga waktu saya kampanye, begitu juga (tak jalankan semuanya),” cetus JK.
Menurut JK, Indonesia punya kekuatan yang tak harus bergantung terhadap perekonomian global. Salah satunya, penduduk itu menjadi kekuatan utama. “Jadi, kekuatan demografi, produktivitas dan konsumsi kita. Tapi kalau mau genjot konsumsi, maka memang harus ditingkatkan pendapatannya,” tandasnya.
Dengan kekuatan demografi, kata dia, akan menjadi pasar yang besar. Makanya, banyak barang impor yang masuk, karena mengandalkan pasar besar itu.
“Namun untuk kebijakan impor harus diperbaiki. Harus sesuai kebutuhan kita, kita lihat sektornya,” ujarnya.
Selain itu, kata dia, dengan APBN yang besar harus bisa menggenjot pembangunan yang lebih besar lagi. Apalagi kata dia, saat pertama kali menjadi Wapres tahun 2004 lalu, APBN baru sebesar Rp400 triliun, sekarang sudah Rp2.000 triliun.
“Dengan anggaran yang besar itu, masa negara tidak bisa jalan 4 kali lipat lebih cepat. Jangan terlalu berekspektasi (terhadap global) karena dan akibatnya akan tinggi,” jelas dia.
(Laporan: Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka