Jakarta, Aktual.co — Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) menyatakan target ekspor komoditas perikanan yang dipatok oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 2015 yaitu 5,4 miliar dolar AS adalah tidak realistis.
“Selama ini nilai tukar dolar AS menjadi acuan perdagangan ikan. Dalam kondisi rupiah yang menurun, target 5,4 miliar dolar AS tidak realistis,” kata Sekretaris Jenderal Kiara Abdul Halim di Jakarta, Selasa (20/1).
Selain itu, menurut Abdul Halim, perlakuan negara-negara tujuan ekspor juga dinilai semakin ketat dalam hal persyaratan bagi berbagai komoditas termasuk perikanan yang masuk ke negara-negara itu.
Padahal, ia mengingatkan bahwa tingkat kompetitif pelaku perikanan skala kecil yang terdapat di banyak daerah di Tanah Air dinilai masih belum tergarap dengan memadai.
“Alhasil, nilai ekspor sekalipun klaim KKP masih surplus dibandingkan dengan nilai impor, tetapi secara keseluruhan tidak memberikan manfaat kepada nelayan, perempuan nelayan, dan pembudidaya,” katanya.
Sebelumnya, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan KKP Saut Hutagalung di Jakarta, Senin (5/1), mengatakan bahwa nilai total ekspor hasil perikanan pada 2014 ternyata hanya dapat mencapai 4,6 miliar dolar AS.
Padahal, target yang ditetapkan KKP untuk nilai ekspor perikanan 2014 adalah sebesar 5,1 miliar dolar AS.
Saut mengemukakan, meski demikian, masih terdapat beberapa jenis komoditas yang menunjukkan kinerja melampaui target, antara lain komoditas udang dan rumput laut.
Sedangkan untuk nilai ekspor perikanan pada 2015, pihak KKP yang dipimpin Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menargetkan sebesar 5,4 miliar dolar AS.
Sementara Kementerian Perdagangan menargetkan kinerja ekspor Indonesia 2015 sebesar 192,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS), atau bila dibandingkan dengan tahun 2014 target tersebut hanya mengalami kenaikan 4,4 persen.
“Perkembangan ekspor 2015 diperkirakan semakin baik jika dibanding 2014, seiring dengan membaiknya perekonomian dunia, dimana yang sangat menggembirakan adalah perekonomian Amerika Serikat diprediksi menagalami pertumbuhan lebih tinggi,” kata Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel, dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (6/1).
Rachmat mengatakan, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat diproyeksikan mencapai 3,1 persen dengan peningkatan impor sebesar 5,4 persen, sehingga dengan peningkatan impor tersebut maka konsumsi dari Negeri Paman Sam tersebut juga akan mengalami peningkatan.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka













