Jakarta, Aktual.com — Pengembangan tambang gas Blok Masela, termasuk pembangunan kilang menggunakan skema offshore atau kilang terapung dinilai tidak efisien dan tidak menguntungkan negara.

Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) mengatakan hasil produksi gas yang tersedia di Blok Masela, nantinya akan terkuras hanya untuk menutupi pembiayaan pembangunan kilang yang terlampau mahal.

“Investasi masela itu USD30 miliar atau sekitar Rp420 triliun, jadi sangat tidak masuk akal menurut saya. Ivestasi sebesar itu pada tingkat harga gas USD1,8 per MMBTU adalah investasi yang gak masuk akal, karena nanti kita akan ganti dengan cost recovery. Jadi dengan harga gas sekarang, seluruh produksi akan habis menutupi cost recovery mereka, kita tidak dapat apa-apa,” kata Direktur AEPI, Salamuddin Daeng di Jakarta, Senin (14/3).

Selain itu menurut Salamuddin, cadangan gas Masela akan menjadi kecelakaan sejarah bagi Indonesia karena pemerintah tidak pernah berpikir untuk mendorong BUMN memiliki saham di tambang tersebut.

Dia mengaku kecewa lantaran perdebatan yang terjadi tidak membicarakan kepemilikan saham, malah yang terjadi justru pertikaian antar Menteri mengenai skema pembangunan kilang.

“Seharunya Pertamina hadir di situ, minimal dapat 51 persen, kok tidak ada perdebatan itu, malah perdebatannya diseret kepada darat dan laut, saya harap perdebatannya pada kepemilikan negara harus menguasai minimal 51 persen,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan