Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un

Jakarta, aktual.com – Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, memberikan peringatan bahwa Pyongyang akan menggunakan senjata nuklir jika mendapat “provokasi nuklir”.

Peringatan ini muncul setelah pertemuan antara Korea Selatan dan Amerika Serikat pekan lalu di Washington, AS, di mana mereka membahas strategi pencegahan nuklir dalam kasus konflik dengan Korea Utara.

Agenda pertemuan tersebut mencakup aspek “perencanaan nuklir dan strategis”, dan sekutu-sekutu menegaskan bahwa setiap serangan nuklir dari Korea Utara terhadap Amerika Serikat atau Korea Selatan akan berakibat pada akhir rezim Korea Utara.

Namun, Kim mengatakan kepada biro rudal militernya “untuk tidak ragu-ragu (meluncurkan) bahkan serangan nuklir ketika musuh memprovokasi dengan nuklir,” kata media pemerintah Korut, KCNA seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (21/12).

Tak lama setelahnya, Washington, Seoul, dan Tokyo mengeluarkan pernyataan bersama yang mendorong negara bersenjata nuklir tersebut untuk “menghentikan tindakan provokatif lebih lanjut dan menerima ajakan kami untuk terlibat dalam pembicaraan substantif tanpa syarat”.

Ketiga negara tersebut telah meningkatkan kerja sama pertahanan mereka sebagai respons terhadap serangkaian uji coba senjata oleh Korea Utara yang mencatat rekor tahun ini. Pada hari Selasa minggu lalu, ketiga negara tersebut mengaktifkan sistem untuk berbagi data secara real-time mengenai peluncuran rudal Korea Utara.

Sebelumnya pada hari Senin, Korea Utara meluncurkan rudal balistik antarbenua terkuatnya, Hwasong-18. Korea Utara menyebut peluncuran tersebut sebagai “tindakan balasan peringatan” terhadap apa yang mereka sebut sebagai ancaman militer yang berkelanjutan dari Washington dan sekutu-sekutunya.

Minggu lalu, kapal selam bertenaga nuklir dari Amerika Serikat tiba di pelabuhan Busan, Korea Selatan, dan pada hari Rabu, Washington melakukan latihan bersama dengan Seoul dan Tokyo, melibatkan pesawat pembom jarak jauh.

Korea Utara baru-baru ini menegaskan bahwa “Semenanjung Korea sedang dalam kondisi perang menurut hukum,” dan bahwa “aset strategis” yang dikerahkan oleh Washington di wilayah Selatan akan menjadi “sasaran utama penghancuran.”

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain