Negara tertutup itu menolak sanksi PBB dan unilateral oleh negara lain, dengan mengatakan bahwa pembatasan program senjata sebagai pelanggaran hak untuk membela diri dan menyatakan bahwa program ini diperlukan untuk melawan agresi AS.

Mereka terakhir kali melakukan uji coba peluru kendali balistik pada satu minggu yang lalu.

“Kim Jong-un menyaksikan pengujian satu jenis baru sistem senjata anti-pesawat terbang yang diselenggarakan oleh Akademi Ilmu Perthanan Nasional,” kata KCNA dalam laporannya pada Minggu (28/5).

“Sistem senjata ini, yang kemampuan operasinya sudah secara menyeluruh diverifikasi, harus diproduksi masal untuk dikerahkan diseluruh negeri dengan demikian sepenuhnya akan membuyarkan mimpi musuh untuk menguasai udara serta bualannya mengenai supremasi udara dan kekuatan senjata,” tambah laporan itu.

KCNA melaporkan bahwa Kim didampingi oleh ajudan militernya dan mencantumkan tiga nama yang diyakini sebagai pejabat tinggi di negara yang tengah mempercepat program pengembangan peluru kendali.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan