Jakarta, Aktual.com-Kepala Seksi Perlindungan Jemaah (Linjam) Daker Madinah Ali Nurrokhim menyebut jika peristiwa jemaah lupa arah pulang atau nyasar di Masjid Nabawi Madinah paska puncak haji menurun drastis ketimbang dengan peristiwa sebelum puncak haji.

Jemaah Haji Indonesia sendiri diberangkatkan melalui dua gelombang. Gelombang pertama mendarat di Madinah untuk menjalani ibadah Arbain di Masjid Nabawi. Kemudian, mereka diberangkatkan ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji.

Sebaliknya, jemaah gelombang kedua mendarat di Jeddah lalu ke Makkah. Setelah menjalani ibadah haji, mereka kemudian diberangkatkan secara bertahap sejak 12 September 2017 menuju Madinah untuk melaksanakan ibadah Arbain di Masjid Nabawi.

“Sampai dengan hari kedua belas kedatangan jemaah gelombang kedua ke Madinah, kasus jemaah lupa jalan pulang ke hotel saat akan pulang dari Masjid Nabawi sangat sedikit,” ujar Ali seperti dikutip situs resmi Kemenag di Jakarta, Sabtu (23/9).

“Tercatat hanya ada 193 kasus. Padahal pada periode gelombang pertama, jumlahnya mencapai ribuan,” jelas Ali.

Menurut Ali, ada beberapa penyebab terjadinya penurunan angka jemaah lupa arah pulang. Pertama, pengalaman menangani jemaah gelombang pertama menjadi referensi petugas linjam dalam mengoptimalkan perlindungan jemaah gelombang kedua.

Kedua, jemaah gelombang kedua sudah mempunyai pengalaman berkegiatan di Masjidil Haram, Makkah.

“Ini terbukti jemaah gelombang kedua lebih berkonsentrasi pada kegiatan Arbain. Aktivitas di luar ibadah seperti belanja dan lainnya bisa jadi mereka sudah lakukan saat di Makkah,” jelas Ali.

Ketiga, antar jemaah gelombang satu dan dua telah berbagai cerita saat sama-sama berkumpul di Makkah untuk menjalankan ibadah haji.

Ali menambahkan, terjadinya peristiwa jemaah lupa arah pulang ke hotel di Madinah, karena sebagian dari mereka, utamanya yang lansia, susah menghafal nama hotel. Berbeda dengan di Makkah, hotel di Madinah tidak diberi nomor khusus sehingga jemaah harus menghafal nama hotel. Padahal, bagi sebagian orang, menghafal nomor jauh lebih mudah, apalagi nama hotel di Madinah cukup panjang.

Ini tidak terlepas dari sistem sewa hotel yang bersifat blocking time. Hotel tidak bisa diberi nomor karena tidak sepenuhnya ditempati jemaah haji Indonesia.

Artikel ini ditulis oleh:

Bawaan Situs