Jakarta, Aktual.com – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei, tidak mau terjebak dalam perdebatan mengenai bantuan yang dikirimkan kepada etnis Rohingya yang menjadi korban pembantaian militer Myanmar.
Ia mengatakan, tudingan pencitraan yang diarahkan kepada pemerintah terkait bantuan tersebut harus dikembalikan kepada penilaian masyarakat.
“Saya tidak mau terjebak dalam debat kusir masalah itu, biar masyarakat yang menilai yang tahu,” kata Willem di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Selasa (19/9).
Namun demikian, ia beranggapan jika pemerintah Indonesia bukan pemain baru dalam mendonorkan bantuan-bantuan yang sifatnya kemanusiaan, khususnya bagi negara-negara yang mengalami bencana.
Willem pun menyebutkan sejumlah negara yang pernah menerima bantuan dari Indonesia, diantaranya adalah Nepal, Haiti, Filipina, Myanmar, Jepang, Korea Utara, dan beberapa negara lainnya.
“Kita melakukan bantuan kemanusiaan bukan sekali ini saja,” ucapnya.
Hal ini, tambahnya, dikarenakan komitmen kuat yang dipegang oleh pemerintah untuk membantu negara lain jika terkait masalah kemanusiaan.
Terkait bantuan untuk pengungsi Rohingya, ia mengugkapkan, saat ini bantuan kemanusiaan yang dikirimkan melalui Bangladesh sudah mencapai 78 ton. Bantuan ini meliputi makanan siap saji, sarung, selimut dan mesin genset.
“Political comitment Pemerintah Indonesia is very strong, artinya cukup kuat menanggapi masalah kemanusiaan,” jelas Willem.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengatakan jika bantuan kemanusiaan yang dikirim oleh pemerintah Indonesia untuk pengungsi Rohingya, adalah bentuk pencitraan yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo.
“Kalaupun kita sekarang kirim bantuan, menurut saya itu pencitraan. Kirim bantuan pun tak sampai kadang-kadang. Jadi saudara-saudara di sini, saya harus kasih tahu supaya tidak emosional,” kata Prabowo di kawasan Monas, Jakarta, Sabtu (16/9) lalu.
Menurut Prabowo, pemerintah tidak dapat melakukan tindakan militer terhadap Myanmar karena TNI masih relatif lemah dibanding negara-negara tetangga. Hal ini terjadi lantaran hutang yang dimiliki negara cukup besar sehingga tidak dapat membeli alutsista TNI.
Laporan Teuku Wildan
Artikel ini ditulis oleh: