Pagi-pagi Chieko Fujieda memasak nasi, ikan salmon, sup miso, telur dadar, terung goreng dan paprika untuk sarapan. Hari itu ia kedatangan lima mahasiswa dari Indonesia yang sedang studi banding.
Makanan-makanan tersebut tertata rapi di piring-piring yang disusun di sebuah baki. Sudah menjadi kebiasaan orang Jepang menata makanannya. Mereka mempunyai prinsip makan tidak hanya dengan mulut, tetapi juga dengan mata.
Setelah selesai memasak ia menyajikannya di atas meja lengkap dengan buah kiwi yang baru saja dipetiknya. Ia dan suaminya sebagai petani memang menanam bermacam-macam tanaman di halaman rumah mulai dari beras, sayur-mayur hingga buah-buahan.
Siang harinya mahasiswa Indonesia ikut Akemi untuk belajar seni upacara minum teh. Chieko tidak dapat menemani karena tidak tahan lagi duduk bersimpuh. Dalam seni upacara minum teh, tamu harus duduk bersimpuh.
Sebelum menuju ke tempat belajar, Akemi berhenti sebentar di toko khusus yang menjual makanan manis untuk menemani minum teh. Setelah itu barulah mereka ke rumah guru, Satou Wakako.
Satou Wakako menyambut mereka dengan hangat. Dia mengenakan kimono dan siap mengajar Akemi beserta empat orang mahasiswa Indonesia.
Prosesi upacara minum teh cukup rumit, sehingga mahasiswa Indonesia kebingungan mengikutinya. Paling menarik adalah saat mereka berusaha tahan duduk bersimpuh, padahal kaki mereka sudah kesemutan.
Satou Wakako tertawa melihat mereka berempat bergoyang-goyang kecil karena tak tahan lagi.
“Sudah-sudah…. kalian boleh duduk seperti biasa,” ungkapnya.
Seusai kegiatan belajar, Satou mengajak mereka berkeliling rumah dan bercerita tentang keluarganya.
“Anak saya dua dan suami saya pelaut, nah itu bunga yang dikasih oleh ibunya Akemi,” sambil menunjuk bunga yang berada di dalam vas dekat pintu masuk.
Setelah berbincang-bincang mereka pun kembali ke rumah, Akemi membelikan kue kacang merah berbentuk kelinci yang lucu sekali.
“Aaa… aku ‘gak; tega makan kue ini, lucu sekali…, Orang Jepang memang suka sekali ‘bikin’ makanan yang lucu-lucu,” kata Dania.
Malamnya mereka diajak Chieko ke budokan, tempat Shota latihan Kendo. Kendo adalah seni bela diri menggunakan pedang asal Jepang yang biasanya digunakan oleh samurai.
Tempat itu tidak hanya digunakan untuk latihan kendo, tetapi juga judo, ilmu bela diri tangan kosong dan banyak menggunakan teknik membanting lawan dan kyudo, seni memanah.
Budokan tersebut berada di kawasan Kakunodate, kampung samurai yang dikelilingi oleh pohon Sakura. Kakunodate menjadi salah satu objek wisata terkenal di Senboku, Akita.
Setelah melihat Shota latihan, mereka pun pulang dan esoknya mereka harus berpisah dengan tuan rumah.
“Sedih juga harus berpisah denga keluarga Fujieda, mereka sangat baik aku enggak mau pulang,” kata Desy.
Agaknya, sehari tinggal bersama keluarga Fujieda memberikan mereka pengalaman baru yang tidak akan terlupakan.
