Ilustrasi- Ulama

Jakarta, Aktual.com– Abu Ali al-Daqaq adalah seorang sufi ternama di abad 4-5 Hijriyah. Nama lengkapnya yaitu Hasan bin Muhammad bin ‘Ali al-Naisaburi, beliau berasal dari an-Naisabur, wafat pada tahun 405 H.

Abu Ali al-Daqaq merupakan murid dari Ibrahim al-Nashrabazi, selain itu beliau juga berguru kepada ulama-ulama besar di Naisabur. Sebagai seorang sufi besar, beliau memiliki murid yang sangat terkenal salah satunya Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin Thalhah al-Qusyairi an-Naisaburi yang terkenal dengan nama Imam Qusyairi.

Dalam suatu kesempatan Imam Qusyairi pernah menceritakan suatu kisah bahwa suatu hari ada pemuda mendatangiku dalam keadaan menangis sesegukan, penasaran dengan keadaannya, Ia pun lantas menanyainya.

“Mengapa kau menangis?” tanya Imam Qusyairi

“Kemarin aku bermimpi seolah terjadi kiamat, kemudian aku ditakdirkan masuk ke dalam neraka. Lantas saat di neraka aku berkata kepada malaikat, ‘jangan tempatkan aku di neraka, aku ini pernah hadir di majlis Syekh Abu ‘Ali al-Daqaq’. Malaikat itu bertanya, ‘kau hadir di majlis Syekh Abu ‘Ali al-Daqaq?’ ‘iya, sahutku.’ Malaikat itu pun menyuruhku masuk surga,” jawab pemuda tersebut sambil menangis.

Terdapat kisah lain, terdapat sebuah kisah yang lebih menarik tentang Syekh Abu ‘Ali al-Daqaq. Pada suatu saat, Beliau memiliki tetangga yang kaya raya, tetangganya adalah seorang saudagar. Suatu hari saudagar kaya raya itu sedang sakit, sebagai tetangga yang baik Syekh ‘Ali lalu menjenguk saudagar itu, dan menanyakan keadannya.

“Apa sakit yang kau alami?” tanya Syekh al-Daqaq.

“Semalam aku bangun tidur, aku berniat ingin berwudhu’ untuk melaksanakan shalat malam. Beberapa saat kemudian aku terpleset dan punggungku sepertinya aku terkilir, dan sekarang mengalami demam tinggi,” keluh tetangga Beliau.

“Engkau ini sudah kaya raya, ibadah yang seharusnya kamu lakukan itu menyedekahkan hartamu dan memberi makan orang lapar, bukan sibuk shalat malam yang hanya bermanfaat bagi dirimu saja,” menasehati tetangganya tersebut yang kaya raya.

Dari kisah di atas, kita bisa mengambil sebuah pelajaran penting yaitu jika seseorang sudah diberi harta yang lebih oleh Allah SWT. Maka, ibadah yang pantas bagi dirinya itu bersedekah dan membantu orang lain, bukan beribadah kepada hanya untuk dirinya sendiri seperti shalat malam.

Itulah biografi Syekh Abu Ali al-Daqaq dan kisah keutamaannya.

Waallahu a’lam

(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra