Ilustrasi

Jakarta, Aktual.com – Salah satu kitab hadits terkenal yang disusun oleh Imam Malik rahimallahu ta’ala adalah kitab Muwatho’. Kitab tersebut disusun oleh Imam Malik sebelum adanya kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.

Hadits-hadits yang ada di kitab Muwatho’ termasuk hadits yang memiliki sanad sangat dekat dengan Rasulullah SAW, dalam kajian hadits disebut sanad ‘Aly. Karena, sanad dalam kitab tersebut dari Imam Malik ke Rasulullah hanya terpaut 2 rawi saja, yaitu Nafi’ dan Ibnu Umar baru Rasulullah SAW.

Pemerintah yang berkuasa pada saat itu adalah kekhalifahan Abbasiyah yang dipimpin oleh Khalifah Harun ar-Rasyid. Harun ar-Rasyid memimpin kekhalifahan Abbasiyah saat itu hingga dikenal dengan masa keemasan Islam.

Dalam suatu riwayat yang dikisahkan Syekh Umar bin Husain as-Samarqandi dalam kitab al-Nayl al-Hatsits fii Hikayat al-Hadits, suatu ketika, Harun ar-Rasyid melaksanakan ibadah haji di Kota Mekkah. Setelah menunaikan haji, dia mengunjungi Kota Madinah untuk menemui Imam Malik sang penyusun Muwatho’.

Pertemuannya dimulai ketika Harun ar-Rasyid mengirim utusan kepada Imam Malik untuk memanggil Imam Malik guna mendengarkan ilmunya. Akan tetapi, Imam Malik menyampaikan sebuah hadits yang ia dapat dari gurunya Nafi’, Nafi’ dari Ibnu Umar, dan Ibnu Umar dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:

العلم يؤتى و لا يأتي

“Ilmu (agama) itu didatangi bukan ilmu yang mendatangi.”

Mendengar hal itu, Harun ar-Rasyid mengalah dan mendatangi sang Imam. Kemudian, ia ingin menantang Imam Malik dengan mengendarai kuda. Mendengar hal itu, Imam Malik menyampaikan kepada utusan Harun ar-Rasyid sebuah hadist lagi, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

من خطى خطوة في طلب العلم كتب الله له بها الف حسنة وان الملائكة لتضع اجنتها لطالب العلم رضى بما صنع

“Barang siapa yang melangkah satu langkah untuk mencari ilmu, Allah SWT akan menulis untuknya 1000 kebaikan dan sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya kepada penuntut ilmu sebagai bentuk ridho dengan apa yang ia perbuat.”

Karena mendengar perkara tersebut, Harun ar-Rasyid turun dari kudanya seraya berkata, “Kalau begitu, kita berjalan menuju rumah Imam Malik.”

Setelah sampai di rumah Imam Malik, salah satu pengawalnya membawakan kursi agar Harun ar-Rasyid bisa duduk bersama Imam Malik. Melihat hal tersebut Imam Malik berkata lagi, “Imam Nafi’ mengabarkan kepadaku dari gurunya Ibnu Umar bahwasanya beliau ketika diberi kursi oleh muridnya, beliau langsung menyingkirkannya dan duduk sejajar bersama dengan murid-muridnya.” Harun ar-Rasyid pun akhirnya duduk bersama dengan Imam Malik dan ia mendengar hadits-hadits dari kitab Muwatha’.

Dari kisah diatas kita dapat mengambil beberapa hikmah, salah satunya bahwa untuk mendapatkan ilmu dari seorang ulama, kita harus merendahkan diri dengan serendah-rendahnya dengan tidak mengandalkan dari jabatan ataupun kekuasaan yang kita miliki.

Waallahu a’lam

(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra