Jakarta, aktual.com – Nabi Adam As diberikan anugerah untuk mengalami momen-momen terakhir dalam hidupnya, sehingga ketika saatnya tiba, beliau tampak telah melakukan persiapan.
Salah satu langkah awal adalah meminta putra-putranya untuk memenuhi keinginannya yang terakhir, yaitu untuk menikmati buah surga.
Permintaan ini sulit untuk diartikan secara literal, karena di dunia yang penuh dengan keberagaman ini, buah surga tidak mungkin ada. Surga hanya dapat ditemui di akhirat.
Karena alasan ini, beberapa ulama menginterpretasikan bahwa permintaan akan buah surga adalah simbol dari kerinduan Nabi Adam terhadap kebahagiaan surga yang pernah dia alami sebelum turun ke bumi.
Ini adalah pertanda bahwa saat kematiannya semakin mendekat. Walau begitu, sebagai anak yang berbakti, putra-putra Nabi Adam tetap pergi mencari buah surga.
Namun, setelah meninggalkan ayah mereka, perjalanan mereka dihentikan oleh sekelompok pria.
“Wahai anak-anak Adam, apa yang kalian cari? Atau apa yang kalian mau? Dan ke mana kalian pergi?” Tanyanya.
Mereka menjawab, “Bapak kami sakit, beliau ingin makan buah dari Surga,”.
“Pulanglah, karena ketetapan untuk bapak kalian telah tiba,” pinta para lelaki itu yang ternyata adalah para malaikat yang sedang menjelma manusia.
Mereka membawa kafan, minyak wangi, dan alat-alat seperti kapak, cangkul, dan sekop yang biasanya digunakan untuk menggali kubur.
Ketika para malaikat itu datang, Hawa melihat mereka dan mengenali mereka, sehingga dia berlindung kepada Nabi Adam.
“Menjauhlah dariku. Aku pernah melakukan kesalahan karenamu. Biarkan aku dengan malaikat Tuhanku tabâraka wa ta’âlâ,” kata Nabi Adam kepada Hawa.
Para malaikat yang mengambil nyawa Nabi Adam juga bertanggung jawab untuk memandikan, mengkafani, memberi wewangian, menyiapkan liang lahad, dan mendoakan shalat jenazah untuknya.
Kemudian, mereka turun ke kuburannya, menempatkan jenazah Nabi Adam di dalamnya, dan menutupnya dengan batu.
Usai naik ke atas kubur, mereka pun menimbunnya dengan batu. Mereka berseru, “Wahai anak cucu Adam, ini adalah sunnah kalian.”
Nabi Adam seolah memberikan pesan berharga kepada generasi berikutnya tentang cara yang seharusnya mereka perlakukan orang yang telah meninggal.
Pesan ini adalah bahwa manusia tidak hanya layak dihormati selama hidup mereka, tetapi juga setelah mereka meninggal. Standar penghormatan ini seharusnya tidak berlebihan.
Tidak ada tindakan seperti pembakaran mayat, mutilasi tubuh, penggunaan perhiasan pada jenazah, atau hal serupa. Semua pelajaran ini menggambarkan bahwa manusia pada dasarnya memiliki martabat yang tinggi, tetapi hidup mereka di dunia ini pasti akan berakhir. Mereka akan kembali ke tanah.
(Rizky Zulkarnain)