Jakarta, Aktual.com — Ini merupakan kisah seorang Mualaf yang mendapat hikmah dan berkat dari Allah SWT melalui sebuah ajaran Silat, demikian diceritakan dari laman OnIslam.
Selama 25 tahun, ia menjalani ibadah sebagai seorang Nasrani. Sebagai seorang Nasrani, ia lebih tertarik pada spritualitas dan mencari sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan ajaran agama.
Kisah pengalaman Islam yang didapatnya terjadi saat ia masih menjadi Mahasiswa pascasarjana di New York pada tahun 1998.
Kala itu ia sedang mengalami frustasi dan kekecewaan terhadap agama yang dianutnya. Ia merasa bahwa pengetahuan mengenai keberadaan Allah SWT masih belum bisa memperkuat keyakinannya. Baginya, filosofi pada agama Nasrani yang ia yakini adalah terjalinnya hubungan antara Yesus dan umatnya yang cukup rumit.
Yang ia pikirkan bagaimana mengartikan seorang Yesus di sisi lain ia yaitu, seorang pria dan disisi lainnya ia merupakan seorang Ilahi. Itulah yang membuatnya bingung.
Ada beberapa pertanyaan hidayah yang tidak bisa ia jawab. Seperti mengapa ia tidak bisa berdoa langsung kepada Tuhannya?. Mengapa kita harus memulai dan mengakhiri doa dengan ucapan dalam nama Tuhan Yesus Kristus?. Mengapa kita mengetahui bahwa pencipta kita adalah seorang pria?.
Dari hal di atas, ia pun terus melakukan pencarian serta pendekatan mengenai agama mana yang dapat memberinya petunjuk yang benar.
Mualaf tersebut menceritakan, bahwa ketika ia masih menjalani sekolah Pascasarjana. Dia memiliki teman sekamar seorang Yahudi. Yahudi tersebut merupakan salah satu Mahasiswa seni bela diri. Seni bela diri tersebut bernama silat. Silat merupakan seni bela diri tradisional Malaysia yang didasarkan pada ajaran agama Islam.
Dari sana Yahudi tersebut menceritakan keunikan dari silat. Mualaf itu pun menjadi tertarik dan memutuskan mengikuti Yahudi tersebut untuk ikut kelas silat pada Sabtu pagi.
Saat itu 28 Febuari 1998 silam, teman Yahudi telah mempertemukannya dengan seorang guru yang disebut Cikgu (sebutan guru dalam bahasa Melayu, red). Cikgu Sulaimanlah namanya, yang merupakan orang yang telah mengarahkan Mualaf ini dan telah memperkenalkan tentang ajaran agama Islam.
Kemudian dia berpikir, bahwa “saya akan memulai karier saya sebagai seniman beladiri. seiring berjalannya hari, saya mempelajari silat dengan begitu mahirnya, begitu pula sebaliknya dengan saya mempelajari Islam. saya mendapat banyak pengetahuan tentang Islam dan ajarannya.”
Islam memfokuskan pada pilihan bagaimana menjalani hidup yang sehat, dengan cara yang positif. Ia telah menyadari dan merasakan pemahaman mengenai Islam menjadi sebuah keyakinan bahwa ini adalah agama yang benar-benar diajukan sebagai gaya hidup dari Allah SWT sebagai pencipta alam semesta.
Tak hanya cara sensual dan dangkal kehidupan masyarakat dan budaya yang ia promosikan. Sebenarnya, ia menyadari bahwa pertanyaan ini cukup sederhana. Yang mungkin, bisa lebih tahu apa cara terbaik dalam hidup bagi manusia adalah Sang Maha Pencipta lagi Maha Bijaksana.
Dan ia tidak pernah menyangka bahwa, pada akhirnya hal tersebut yang membawa dirinya sebagai seorang Mualaf. Sampai akhirnya pada 30 Juli 1999, ia telah mengucapkan dua kalimat syahadat.
Ia mulai menceritakan kisahnya kepada sesama Muslim, bahwa Islam telah menunjukan kepada dirinya bahwa segala sesuatu yang dijalani di dalam kehidupannya, adalah semata untuk mengingat Allah SWT. Dengan mengingat keberadaan Allah SWT, ia merasa lebih kuat dan sehat dalam menjalani setiap aspek kehidupan.
Kami percaya bahwa hikmah kehidupan dari kisah tersebut yakni bermula dari seorang Nasrani yang dipertemukan dengan teman Yahudi untuk memperoleh rahmat dari Allah SWT. Kami berharap bahwa setiap orang mendapat hidayah dengan caranya masing-masing. (Sumber: On Islam)
Artikel ini ditulis oleh: