Jakarta, Aktual.com — Dikisahkan dalam suatu riwayat, pada suatu hari, tuan Syeikh Imam Muhammad Abduh mendatangi suatu tempat di kota Prancis. Kemudian, ketika sebagian besar penduduk kota mengetahui kehadiran tokoh ilmuwan Islam itu, mereka pun meminta beliau untuk menghadiri satu forum kajian yang dihadiri oleh penduduk Islam dan non Islam yang tinggal di sana.
Masyarakat yang hadir pun banyak mengajukan pertanyaan seputar Islam kepada tokoh ilmuwan Islam tersebut, khususnya tentang rahasia diharamkan hewan babi dalam Islam.
Mereka mengatakan, bahwa “Umat Islam mengatakan babi itu haram kerana ia memakan sampah yang mengandung cacing pita, mikrob-mikrob dan bakteria-bakteri lainnya. Namun sekarang, babi-babi yang dibesarkan dalam peternakan moden dikembang biak dengan kebersihan yang terjamin dan melalui proses sterilisasi yang cukup. Sehingga diperkirakan tidak mengandungi bakteri dan cacing pita yang membahayakan bagi kesehatan.”
Berkat keluasan ilmu yang dimiliki oleh Tuan Syeikh Imam Muhammad Abduh, beliau meminta mereka untuk membawakan dua ekor ayam jantan dan seekor ayam betina, serta dua ekor babi jantan dan seekor babi betina. Mereka bertanya, ” Untuk apa ? Beliau menjawab,” Penuhi permintaan saya dan saya akan perlihatkan suatu rahasia yang kalian semua inginkan”.
Tuan Syeikh Imam Muhammad Abduh menyuruh, mereka melepaskan dua ekor ayam jantan bersama satu ekor ayam betina. Kedua ayam jantan itu berkelahi dan saling serang. Keduanya berusaha untuk mendapatkan ayam betina dan mempertahankan harga dirinya masing-masing sehingga salah satu dari keduanya nyaris mati.
Lalu, beliau menyuruh mereka melepaskan dua ekor babi jantan dan babi betina. Kali ini mereka menyaksikan sesuatu yang berbeda. Dua babi jantan itu tidak saling serang dan berkelahi, tapi bekerjasama malah saling bantu-membantu untuk melaksanakan hajat seksual masing-masing, tanpa rasa cemburu, tanpa ada rasa harga diri untuk menjaga babi betina dari temannya. Dalam benak keduanya muncul sifat jahat untuk merenggut kehormatan sang betina.
Tuan Syeikh Imam Muhammad Abduh lalu mengatakan, “Tuan-tuan.. Saksikanlah binatang yang bernama babi ini, betapa ia tidak mempunyai marwah harga diri, tiada kejantanan dan bersifat bacul. Daging babi membunuh ‘ghirah’ (cemburu) orang yang memakannya. Itulah yang terjadi pada kalian. Seorang lelaki dari kalian melihat isterinya ‘bersama’ lelaki lain dan membiarkannya tanpa rasa cemburu dan seorang bapak di antara kalian melihat anak perempuannya ‘bersama’ lelaki asing dan kalian membiarkannya tanpa rasa cemburu dan was-was, karena daging babi itu menularkan sifat-sifatnya pada orang yang memakannya.”
Artikel ini ditulis oleh: