Ilustrasi

Jakarta, aktual.com – Nabi Zakaria AS adalah salah satu Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah SWT untuk membimbing umat manusia menuju kebaikan dan kebenaran. Beliau merupakan keturunan langsung dari Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS, dua Nabi yang juga sangat dihormati dalam agama Islam. Kisah Nabi Zakaria AS merupakan sebuah cerita inspiratif tentang kesabaran, ketekunan dalam beribadah, dan kasih sayang yang tulus.

Lahir pada tahun 91 Sebelum Masehi, Nabi Zakaria hidup di Palestina dan menjadi bagian dari kaum Bani Israil. Al-Quran mencatat kisah beliau dalam beberapa bagian, termasuk Surat Al-Imran ayat 3, Surat Maryam ayat 19, dan ayat 2-11. Meskipun masa kanak-kanak dan masa muda Nabi Zakaria tidak dijelaskan secara rinci dalam Al-Quran, kisah perjalanan hidupnya memberikan banyak pelajaran berharga bagi umat Islam.

Nabi Zakaria AS diutus sebagai Nabi oleh Allah SWT pada usia yang sudah lanjut, yakni saat beliau berusia 90 tahun. Allah SWT memilihnya untuk menyempurnakan ajaran yang telah diajarkan oleh Nabi Musa AS dan untuk membimbing Bani Israil agar kembali kepada akhlak yang baik di Palestina.

Dakwah Nabi Zakaria AS berpusat di Bait-al Maqdis, tempat yang dianggap suci bagi umat Islam. Beliau dikenal dengan dakwahnya yang lemah lembut dan kegigihannya dalam berdoa kepada Allah SWT. Meski berhadapan dengan berbagai kesulitan, Nabi Zakaria AS tetap dihormati dan dihargai oleh kaum Bani Israil karena sifatnya yang bijaksana dan sabar.

Salah satu kisah unik dalam kehidupan Nabi Zakaria adalah hubungannya dengan Nabi Isa AS. Beliau adalah paman dari Nabi Isa karena menikahi saudara perempuan istri Imran, yang merupakan ibu dari Siti Maryam, ibunda Nabi Isa AS. Meskipun Maryam adalah anak angkatnya, Nabi Zakaria sangat menyayangi dan memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Bahkan, beliau membangun Mihrab, sebuah tempat ibadah khusus, untuk Maryam di Baitul Maqdis.

Salah satu momen penting dalam kisah Nabi Zakaria adalah ketika ia menghadapi kesulitan untuk memiliki keturunan. Beliau dan istrinya sangat menginginkan seorang anak laki-laki untuk meneruskan dakwahnya. Namun, karena usia yang sudah senja, harapan tersebut tampak sulit terwujud. Meski demikian, Nabi Zakaria tidak pernah berhenti berdoa dan berharap kepada Allah SWT dengan gigih dan sabar.

Caranya berdoa sangat mengesankan; Nabi Zakaria mengangkat kedua tangannya seraya berdoa dengan suara yang lemah lembut. Beliau meminta kepada Penciptanya tanpa mengangkat suara keras-keras agar segera diberikan seorang penerus untuk menghindari kesesatan kaumnya setelahnya. Setiap siang dan malam, Nabi Zakaria AS terus menerus berdoa tanpa henti.

Akhirnya, Allah SWT mengabulkan doanya dan memberikan mukjizat. Dalam suatu ketika, ketika beliau berada di Mihrab, malaikat Jibril datang untuk memberikan kabar gembira. Allah SWT akan memberinya seorang putra yang akan dinamai Yahya.

Mendengar kabar ini, hati Nabi Zakaria dipenuhi rasa syukur dan ia terus menerus menyampaikan pujian dan rasa terima kasih kepada Allah SWT. Atas permintaan Nabi Zakaria untuk memberikan tanda, Allah SWT memerintahkan agar beliau tidak berbicara selama tiga hari berturut-turut. Kemudian, beliau keluar dari Mihrab dengan hati yang gembira.

Setelah melahirkan Yahya AS, air mata kebahagiaan mengalir di pipi Nabi Zakaria dan mengalir hingga membasahi jenggot putihnya. Dalam tanda syukur kepada Allah SWT atas terkabulnya doa, beliau pun melaksanakan salat.

Kisah Nabi Zakaria AS menunjukkan betapa pentingnya kesabaran dalam berdoa dan ketekunan dalam beribadah. Kasih sayang dan perhatiannya terhadap Maryam juga menjadi teladan dalam berbakti kepada anak-anak angkat. Semua pelajaran berharga ini menjadi suri tauladan bagi umat Islam dalam menghadapi berbagai ujian hidup dan meningkatkan keimanan kepada Allah SWT.

Kisah Nabi Zakaria AS menjadi sumber inspirasi bagi generasi Muslim untuk menghormati dan mengambil teladan dari para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah SWT. Semoga kisah beliau menjadi penguat keimanan dan membawa manfaat dalam menjalani kehidupan sebagai umat Islam yang bertaqwa.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Rizky Zulkarnain