Jakarta, Aktual.com — Anda masih ingat dengan Gito, bayi orangutan asal Indonesia?
Ya, Gito adalah sahabat kecil manusia yang ditemukan di wilayah hutan Indonesia. Gito ditinggalkan dalam kotak kardus yang terendam urine di Dusun Giet, Kalimantan, di bulan Oktober 2015 lalu.
Petugas kesejahteraan satwa dari International Animal Rescue mengungkapkan, bahwa Gito sengaja ditinggalkan oleh pemiliknya yang mencoba untuk memelihara dia sebagai hewan peliharaan. Gito diambil dari alam liar.
Namun- Gito yang baru berusia tiga bulan saat itu (belum genap setahun) – saat ini sudah pulih dari trauma. Dan, sekarang Gito berada di sekolah penangkaran satwa (Taman Kanak-kanak orangutan) di Inggris.
Seorang perawat dari Kedokteran Hewan Inggris, Sara mengatakan, “Bayi orangutan kecil ini pergi ke hutan setiap hari dan kami (para dokter hewan, red) melatih kemampuan mereka tanpa induknya. Bayi ini begitu ramai bersama teman-teman bayi orangutan lainnya.”
“Bayi-bayi orangutan yang usianya sama kami masukkan di pra-sekolah satwa. Agar mereka dapat belajar satu sama lain. Kami pun kewalahan. Sungguh menakjubkan. Kami membedakannya dengan orangutan dewasa agar tidak ‘diintimidasi’. Gito bersama bayi orangutan lainnya dapat membangun kepercayaan diri mereka. Mereka beristirahat tidur di siang hari mencegah mereka dari rasa lelah.”
Sebelumnya, media internasional mempublikasikan sebuah foto mengerikan dari induk (ibu) orangutan yang sedang sekarat. Ibu orangutan bersama bayinya itu berhasil melarikan diri dari kebakaran hutan yang melanda Indonesia tahun ini.
Naas, penduduk lokal Indonesia langsung merajamnya hingga hampir tewas mengenaskan. Beruntung orangutan yang kekurangan gizi tersebut bersama anaknya diselematkan oleh International Animal Rescue (IAR).
Kebakaran hutan di Indonesia, menurut petugas satwa internasional, sering disebabkan oleh ulah manusia yang membersihkan lahan di wilayah tersebut. Akibatnya, banyak satwa asli Indonesia yang terancam punah dan meninggalkan habitat aslinya.
Selanjutnya, orangutan juga sering mendatangi desa-desa di Indonesia untuk mencari makanan, yang telah menyebabkan peningkatan konflik antar manusia dengan hewan. (Sumber: Metro.Co.UK, Washington Post)
Artikel ini ditulis oleh: