Tausiyah singkat oleh Khodim Zawiyah Arraudhah KH. Muhammad Danial Nafis, dalam rangkaian acara memperingati Haul Quthbul Aqthab wa Kahfu Amnith Thullab Al-Imam As-Sayyid Syekh Abu alHasan Ali Asy-Syadzili RodhiyaAllahu Anhu Ke-786, yang digelar secara virtual, Sabtu (26/6). Meningkatnya kurva Covid-19 disejumlah wilayah di Indonesia, menjadi alasan utama Zawiyah Arraudhah Ihsan Foundation sebagai penyelenggara membatasi jamaah yang hadir. Penerapan standar protokol kesehatan (protkes) juga menjadi kewajiban yang harus dilakukan bagi ikhwah toriqoh yang hadir.
Tausiyah singkat oleh Khodim Zawiyah Arraudhah KH. Muhammad Danial Nafis, dalam rangkaian acara memperingati Haul Quthbul Aqthab wa Kahfu Amnith Thullab Al-Imam As-Sayyid Syekh Abu alHasan Ali Asy-Syadzili RodhiyaAllahu Anhu Ke-786, yang digelar secara virtual, Sabtu (26/6). Meningkatnya kurva Covid-19 disejumlah wilayah di Indonesia, menjadi alasan utama Zawiyah Arraudhah Ihsan Foundation sebagai penyelenggara membatasi jamaah yang hadir. Penerapan standar protokol kesehatan (protkes) juga menjadi kewajiban yang harus dilakukan bagi ikhwah toriqoh yang hadir.

Jakarta, Aktual.com –  Khadim Zawiyah Arraudhah KH. Muhammad Danial Nafis menjelaskan bahwa sering kali Salik yang Mubtadi’ (Pemula) terjebak dalam sebuah pemikiran bahwa ia harus selalu melakukan ibadah dan berpaling dari dunia.

“Banyak orang yang baru belajar thoriqah selalu terjebak apakah saya harus selalu meninggalkan seluruh aktivitas duniawi dan berpaling dari dunia yang kemudian saya hanya ibadah saja? Sikap-sikap seperti ini biasanya dimiliki oleh Mubtadi’” ucap KH. Muhammad Danial Nafis di Zawiyah Arraudhah, Selasa (10/08).

Kemudian beliau menjelaskan terkait keadaan Salik yang Mubtadi’ tersebut yaitu mereka terjebak dalam dua dimensi apakah dirinya harus senantiasa berada dalam keadaan kasab atau tajrid.

“Akhirnya terjebak dalam dua dimensi, apakah saya ini harus menjadi ahli kasab atau ahli tajrid,” ungkapnya.

Terkait dengan pengertian kasab dan tajrid, beliau menjelaskan bahwa kasab adalah seseorang yang masih berusaha untuk mendapatkan kehidupan dunia sedangkan tajrid adalah orang yang totalitas secara zhahir melepaskan aktivitas dunia.

“Ahli kasab adalah yang meninggalkan dunia, ahli tajrid itu sudah melakukan aktivitas secara zhahir melepaskan aktivitas duniawinya tetapi belum tau batinnya,” ucap Mudir Idarah Wustha’ JATMAN DKI ini.

Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa kita tidak bisa menilai serta melihat apakah hati seseorang yang senantiasa melaksanakan aktivitas dunia, hatinya juga bisa terlepas dari dunia dan juga sebaliknya.

“Karena kita tidak bisa melihat orang yang melakukan aktivitas dunia belum tau batinnya apakah dunia juga, begitu juga sebaliknya, kelihatannya ahlul ibadah belum tentu juga hatinya ahlul ibadah,” lanjut beliau.

Selanjutnya beliau memberi nasihat kepada para Ikhwan Zawiyah Arraudhah agar berkerja seoptimal mungkin dalam karir pekerjaan. Karena hal tersebut merupakan hak Allah menempatkan diri hambanya di segala keadaan.

“Bagi Ahlu Zawiyah Arraudhah, kalian jangan bingung. Kalau sekarang sudah dikasih pekerjaan ya kerja saja yang benar dan optimalkan karirmu. Karena itu hak Allah menempatkan dirimu di dalam karir,” kata beliau.

(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra