Nelayan Indonesia menurunkan ikan dari kapalnya

Jakarta, Aktual.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengajak masyarakat untuk mengonsumsi olahan ikan asli Indonesia yang komposisi gizinya tak kalah dengan ikan impor, tetapi mempunyai harga yang lebih terjangkau, dalam momentum Hari Ikan Nasional (Harkannas) pada 21 November 2022.

“Jadi kita mesti bangga, menu ikan khas Nusantara sangat berprotein tinggi,” kata Direktur Pengolahan dan Bina Mutu Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Widya Rusyanto di Jakarta, Rabu (9/11).

Widya mencontohkan ikan bandeng dalam 100 gram menu ikan khas Makassar Palumara, memiliki nilai protein mencapai 20 gram atau setara dengan ikan salmon. Kemudian kandungan besi (Fe) mencapai 2 miligram dibanding ikan salmon yang hanya 0,25 miligram. Selain itu, tiap 100 gram ikan cakalang asap dan abon tuna masing-masing memiliki kandungan protein sebesar 34,2 gram dan 27,2 gram.

Dalam momentum Harkannas, Widya mengajak masyarakat untuk suka makan ikan karena bergizi tinggi, bisa diterima semua kalangan, dan hemat energi karena lebih cepat matang saat dimasak dibanding protein hewani lainnya.

“Tidak ada alasan untuk tidak suka ikan, gizinya pasti, lebih terjangkau dan juga hemat energi karena cepat diolah,” katanya.

Sementara itu, praktisi nutrisi dr. Raissa Edwina Djuanda menyebut ikan sebagai pilihan tepat bagi yang ingin mendapatkan kulit berseri. Hal ini tak lepas dari kandungan asthaxatin, retinol (vitamin A), vitamin D, coenzyme C10, asam lemak omega 3 yang dapat mencegah penuaan kulit.

Selain itu, lanjut dia, konsumsi ikan juga bisa membuat orang terbebas dari obesitas. “Sudah ada penelitian bahwa konsumsi ikan dan makanan laut menurunkan risiko diabetes tipe 2 pada populasi dengan kelebihan berat badan,” kata Raissa.

Dekan Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta Dr. dr. Taufiq Pasiak mengurai manfaat ikan bagi perkembangan otak. Dia merinci bahwa setiap mengonsumsi satu porsi menu ikan per minggu, bisa menurunkan 2 sampai 7 persen risiko kematian akibat penyakit jantung koroner, kematian penyakit kardiovaskular, semua penyebab kematian akibat stroke dan sindrom koroner akut.

“Konsumsi ikan juga mencegah terjadinya gagal jantung, kanker gastrointestinal, sindrom metabolik, demensia dan penyakit Alzheimer,” kata dr. Taufik.

Ketua Forikan Parigi Moutong Noor Wachidah Prihartini S Tombolotutu menyebut pentingnya peran keluarga dalam peningkatan konsumsi ikan. Menurutnya, peran ibu sangat besar untuk dapat memvariasikan olahan ikan sebagai sajian menu keluarga.

“Upaya peningkatan konsumsi ikan tidak hanya menjadi tugas pemerintah, akan tetapi juga menjadi tugas dan tanggung jawab seluruh pihak guna meningkatkan kecerdasan bangsa serta dapat mengurangi angka terjadinya stunting,” kata Wachidah.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arie Saputra