Warga mencari rumput laut

Jakarta, Aktual.com- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong riset dan penelitian yang bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah pengolahan rumput laut, komoditas yang melimpah di perairan Indonesia.

“Ini semua menjadi tantangan bagi kita, para peneliti, para sainstis, agar bagaimana semua jenis rumput laut yang tumbuh di Indonesia ini mampu diarahkan untuk menjadi produk-produk yang memberi kemanfaatan untuk kita semua,” kata Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) KKP Sjarief Widjaja dalam rilis di Jakarta, Sabtu.

Sjarief mengingatkan bahwa rumput laut adalah komoditas yang bisa diolah menjadi banyak hal yaitu menjadi produk kosmetik, farmasi, makanan, bumbu, agar-agar, puding, jeli, dan pangan fungsional lainnya.

Upaya pengolahan itu, lanjutnya, harus dipikirkan agar bisa menghasilkan produk yang memberi kemanfaatan tinggi dan tidak menghasilkan limbah yang akhirnya dapat menjadi masalah baru bagi industri dan lingkungan sekitarnya.

Ia mengungkapkan bahwa limbah pengolahan rumput laut Gracilaria dan Cottonii dalam negeri menghasilkan limbah cair sebanyak 8.174.150 meter kubik dan limbah padat 62.506 ton per tahun.

“Limbah ini harus dimanfaatkan, sehingga sejalan dengan blue economy yang dikembangkan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, yang menjadi arah pembangunan sektor kelautan dan perikanan,” ucapnya.

Potensi pemanfaatan limbah cair, masih menurut dia, antara lain untuk keperluan daur ulang dan pupuk cair, sedangkan limbah padat dapat menjadi bahan baku keramik, particle board, pupuk, hingga bata ringan.

KKP juga menyatakan komitmennya untuk meningkatkan produksi komoditas rumput laut yang dinilai memiliki pasar yang sangat luas baik domestik maupun global, serta mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

“Komoditas rumput laut punya kontribusi nilai ekonomi tinggi baik untuk pertumbuhan ekonomi domestik maupun ekspor,” kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Tb Haeru Rahayu.

Ia mengingatkan bahwa Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua setelah Tiongkok, dengan volume ekspor tahun 2020 sebesar 195.574 ton dengan nilai mencapai 279,58 juta dolar AS.

Berdasarkan data Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, lanjutnya, saat ini Indonesia memiliki kekayaan makroalga sebanyak 89 suku (familia), 268 marga (genus) dan 911 jenis (species).

Dari sekian jenis, rumput laut dari kelas alga merah (Rhodophyta) menempati urutan terbanyak dari jumlah jenis yang tumbuh di perairan laut Indonesia yaitu sekitar 564 jenis, disusul alga hijau (Chlorophyta) sekitar 201 jenis dan alga coklat (Ochrophyta) sekitar 146.

(Antara)

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra