Jakarta, Aktual.com – Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Tb Haeru Rahayu menjelaskan bahwa masih ada kendala atau isu utama dihadapi pelaku usaha industri rumput laut, mulai dari kepastian tata ruang pemanfaatan wilayah perairan hingga minimnya kapasitas industri.

“Kendala yang dihadapi oleh pelaku usaha industri rumput laut yaitu kepastian tata ruang pemanfaatan wilayah perairan untuk budi daya rumput laut, kondisi cuaca/iklim yang tidak mendukung sepanjang waktu, rendahnya kualitas sumber daya manusia pembudidaya rumput laut, pasokan bahan baku berkualitas dan dan berkelanjutan, termasuk kecukupan dan ketersediaan bibit kultur jaringan rumput laut sepanjang tahun, dan harga jual rumput laut di tingkat pembudidaya sangat fluktuatif,” ujar Tb Haeru Rahayu dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (31/3).

Lebih lanjut, ia juga menerangkan kendala lain yang menghadang, di antaranya rantai pasok antara industri hulu dengan hilir yang terlalu panjang dan tidak efisien, industri hilir rumput laut terkonsentrasi di beberapa kota besar saja, serta saat ini jumlah dan kapasitas industri pengolahan rumput laut masih minim karena sebagian besar ekspor berupa bahan baku rumput laut kering.

Untuk itu, Tebe berharap melalui sinergi dari sisi hulu dan hilir dengan berbagai pemangku kepentingan, maka ia yakin Indonesia mampu menjadi produsen rumput laut terbesar dunia.

“Jika semua dibenahi mulai dari produksi hingga hilirisasi industrinya dan kita semua saling bersinergi, tidak mustahil Indonesia mampu menjadi produsen rumput laut terbesar dunia dengan produknya bukan saja berupa bahan mentah (raw material) tapi dalam bentuk yang punya nilai tambah lebih tinggi,” katanya pula.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono mengatakan siap meningkatkan produktivitas salah satu produk unggulan ekspor perikanan Indonesia, yakni budi daya rumput laut di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara melalui hilirisasi.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Warto'i