Bahkan, kata dia, saat ini sebanyak 10,7 persen masyarakat Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan dan membutuhkan intervensi pemerintah untuk memutus siklus kemiskinan tersebut.
“Makanya, kita enggak bisa nunggu orang nunggu tua dulu, baru punya duit terus disekolahkan tapi orangnya sudah usia 25 tahun baru belajar baca atau melakukan proses belajar mengajar.”
Dia juga mengklaim, kebijakan utang pemerintah Indonesia saat ini juga untuk membangun banyak proyek infrastruktur. Jika dibanding negara-negara yang infrastrukturnya minim, Indonesia masih berada di bawahnya. Dan di antara negara G20 masih di level bawah.
Kondisi infrastruktur Indonesia yang tertinggal itu, berawal dari krisis moneter 1997-1998. Kala itu, Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau APBN tersedot untuk menyelamatkan sektor keuangan, sehingga infrastruktur tidak pernah menjadi prioritas.
Hal itu berdampak ke kondisi infrastruktur terhadap Growth Domestic Product atau GDP Indonesia masih rendah, hanya 30 persen. “Artinya, GDP kita tumbuh terus, tapi we never build infrastructure. Oleh karena, urgensi infrastruktur sangat nyata jadi infrastruktur bukan karena hobi dan kemewahan, tapi karena keharusan.”
[Busthomi]
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu