Bandung, Aktual.com – Lahan kritis di Indonesia kini mencapai 24,3 juta hektar. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) tengah fokus menangani lahan berkategori kritis dan sangat kritis tersebut.
“Di Indonesia itu ada luas hutan 190 juta hektar, 24,3 juta hektar itu lahan kritis atau 12 persennya. (Lahan kritis) itu di luar dan di dalam kawasan hutan,” ungkap Dirjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Hilman Nugroho, usai Rapat Penanganan DAS Cimanuk dan Citarum bersama Gubernur Jawa Barat di Gedung Sate, Bandung, Rabu (11/1).
Menurutnya, langkah penanganan bukan hanya kewajiban pemerintah pusat, melainkan seluruh komponan, baik pemerintah daerah dan provinsi, juga pihak swasta. Sebab, lahan kritis itu mau tidak mau akan berpengaruh pada kelestarian daerah aliran sungai (DAS).
“DAS seluruh wilayah daratan itu berfngsi menampung, menyimpan air hujan secara alamai sampai ke oulet. Outletnya itu sampai ke laut,” papar Hilman.
Berbagai faktor yang menjadi penyebab kritisnya puluhan juta hektar lahan tersebut, seperti penebangan liar dan bencana alam. Kerusakan hutan juga terjadi akibat alih fungsi lahan seperti untuk kebutuhan permukiman.
“Perubahan fungsi lahan ini menjadikan potensi bencana semakin besar, seperti kasus banjir bandang di Garut akibat alih fungsi DAS Cimanuk dan banjir di DAS Sari, Bima NTB,” papar Hilman.
Tahun ini, lanjut dia, Kementerian LHK fokus melakukan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) kritis di DAS Citarum, DAS Cimanuk Jawa Barat, dan DAS Sari di Bima NTB, dengan anggaran lebih dari 300 miliar.
“257 miliar untuk DAS Cimanuk hulu dan Citarum hulu, sementara DAS Sari sekitar Rp 62,9 miliar,”
Laporan: Muhammad Jatnika
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan