Jakarta, Aktual.com – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengemukakan curah hujan yang tinggi menjadi salah satu penyebab utama banjir di Kalimantan Selatan selain faktor infrastruktur ekologis yang tidak memadai.
“Hujanlah faktor utama yang menyebabkan banjir karena dia tinggi sekali (curah) hujannya,” kata Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian Daerah Aliran Sungai KLHK Saparis Soedarjanto dalam konferensi pers virtual tentang banjir Kalsel, dipantau dari Jakarta pada Selasa (19/1).
Selain hujan terdapat pula faktor lain yang penting, seperti air yang tidak bisa mengalir dengan baik karena wilayah banjir yang kebanyakan berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito, yang relatif datar.
Hal itu membuat air tidak mudah teraruskan sehingga daerah tersebut cenderung mengalami penggenangan, apalagi ditambah durasi hujan yang cukup lama.
Menurut catatan, terjadi curah hujan sangat tinggi dengan curah hujan harian 9-13 Januari 2021 adalah sebesar 461 mm atau meningkat dari rata-rata 394 mm pada Januari 2020.
Hal itu menyebabkan volume air tidak bisa ditampung oleh sungai dengan kemampuan 238 juta meter kubik (m3) yang harus menampung air 2,08 miliar m3 akibat hujan berkepanjangan itu.
Dia memastikan Ditjen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL) sudah melakukan rehabilitasi lahan kritis di daerah tersebut.
Menurut data KLHK, di DAS Barito di Kalsel hanya 18,2 persen wilayahnya dari luas 1,8 juta hektare (ha) yang merupakan areal berhutan. Sisa lahannya telah dimanfaatkan yang didominasi oleh pertanian kering campur semak, sawah, dan perkebunan.
Terkait dengan hal itu, dalam konferensi pers tersebut Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK Karliansyah memberikan beberapa rekomendasi agar kejadian tersebut tidak terulang.
Ia merekomendasikan adanya pembuatan bangunan konservasi tanah dan air, seperti sumur resapan, “gully plug”, dan penahan, terutama di daerah dengan limpasan ekstrem.
Selain itu, ujar dia, perlu pembuatan bangunan pengendali banjir.
Dia juga mendorong percepatan rehabilitasi hutan lahan di daerah sumber penyebab banjir.
“Juga tidak kalah penting adalah terobosan terkait konservasi tanah dan air dan pengembangan konservasi tanah dan air. Di samping pengembangan sistem peringatan dini,” kata dia. (Antara)
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin