Direktur Penanganan Sampah KLHK Novrizal Tahar dalam pertemuan pembaharuan isu PSLB3 dengan pemerintah daerah dan dunia usaha yang diadakan via daring di Jakarta, Selasa (2/7/2024). (ANTARA/Prisca Triferna)

Jakarta, Aktual.com – Direktur Penanganan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Novrizal Tahar mengatakan Industrialisasi pengelolaan sampah menjadi salah satu langkah yang perlu dilakukan untuk mendukung upaya penanganan sampah di Indonesia.

“Kita perlu membangun industrialisasi pengelolaan sampah. Kenapa? Karena mengelola sampah itu punya teknologi, punya manajemen, punya human resources, jadi harus dilakukan secara profesional dan modern,” ujar Novrizal di pembahasan pembaruan isu pengelolaan sampah, limbah dan B3 dipantau via daring di Jakarta, Selasa (2/7).

Di pertemuan yang dihadiri pemerintah daerah dan dunia usaha itu, Novrizal mengatakan pengelolaan sampah tidak dapat dilakukan sambil lalu tapi membutuhkan penanganan yang serius.

Secara khusus dia meminta kepada jajaran pemerintah daerah di kabupaten/kota sebagai regulator tidak lagi terlibat langsung dalam melakukan pengumpulan dan pengangkutan sampah tapi menyerahkan kepada pihak profesional yang memang memiliki kapasitas pengelolaan sampah dan limbah.

“Dalam hal ini dunia usaha yang memang profesional perlu melakukan kolaborasi dengan pemerintah daerah sehingga pengelolaan sampah bisa dilakukan dengan profesional dan modern,” katanya.

Terkait industrialisasi pengelolaan sampah yang menggunakan prinsip ekonomi sirkular, dia merujuk kepada penggunaan teknologi untuk memanfaatkan sampah agar tidak berakhir tercampur di tempat pembuangan akhir, seperti menggunakannya untuk energi dan bahan baku industri.

Pengelolaan sampah di Indonesia, katanya, memiliki potensi yang banyak belum dimanfaatkan. Novrizal memberi contoh bagaimana industri pakan ternak di Tanah Air masih melakukan impor tepung jeroan untuk bahan baku.

Padahal, katanya, pengelolaan sampah dengan teknologi maggot untuk mengurai sampah organik akan dapat membantu menggantikan komponen pakan yang saat ini masih diimpor tersebut.

Selain itu, Novrizal juga menyoroti potensi sampah menjadi energi yang dicanangkan di 12 kota serta pengelolaan sampah menggunakan teknologi refuse derived fuel (RDF) yang mengolah sampah anorganik sebagai bahan bakar alternatif di berbagai industri.

Secara khusus mengenai RDF, dia mengatakan Indonesia sudah memiliki potensi off-taker atau pengguna termasuk industri semen yang tersebar di 31 kota/kabupaten di 15 provinsi dan PLTU di 47 kota/kabupaten di 26 provinsi.

Potensi off-taker RDF lain adalah industri pupuk di tujuh kota/kabupaten di lima provinsi, industri kertas dan pulp di 31 kota/kabupaten di tujuh provinsi dan industri tekstil 34 kota/kabupaten di tiga provinsi.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Sandi Setyawan