Jakarta, Aktual.com – Dua sisi pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, pada beberapa waktu lalu, memiliki kemiringan yang berbeda.
Berdasar penyelidikan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), sisi kiri dan kanan pesawat tersebut memiliki perbedaan kemiringan hingga 20 derajat.
Hal ini diungkapkan oleh Investigator KNKT Subkomite Penerbangan Nurcahyo Utomo dalam konferensi pers pengumuman preliminary report investigasi kecelakaan Lion Air JT 610 di Jakarta, Rabu (28/11).
“Kotak hitam flight data recorder (FDR) merekam adanya perbedaan antara angle of attack kiri dan kanan sekitar 20 derajat yang terjadi terus menerus sampai dengan akhir rekaman,” kata Nurcahyo.
Ia menjelaskan sesaat pesawat udara sebelum lepas landas (rotation), stick shaker pada control column sebelah kiri aktif dan terjadi pada hapir seluruh penerbangan.
“Stick shaker ini pemberi peringatan atau rangsangan yang memberikan input kepada pilot bahwa indikasi pesawat akan stall,” katanya.
Dia menambahkan angle of attack (AoA) sebelah kiri lebih besar dari sebelah kanan. Menurutnya, pihaknya akan masih akan mencari tahu korelasi antara AoA, stick shaker dengan kondisi akan stall.
“Apa yang harus dilakukan pilot agar pesawat kembali ke aliran udara,” katanya.
Stall adalah kondisi pesawat kehilangan daya angkat ketika sudut kritis serangan melampaui 15 derajat. Kemudian, Nucahyo menjelaskan pada saat terbang, co-pilot sempat bertanya kepada petugas pemandu lalu lintas penerbangan untuk memastikan ketinggian serta kecepatan pesawat udara yang ditampilkan pada layar radar petugas pemandu lalu lintas penerbangan (ATC Airnav).
Co-pilot juga melaporkan masalah kendali pesawat flight control problem kepada radar petugas pemandu lalu lintas penerbangan. Setelah flaps dinaikkan, FDR merekam trim aircraft nose down otomatis berhenti ketika flaps diturunkan.
“Ketika flaps dinaikkan kembali trim aircraft nose down otomatis dan input dari pilot untuk melakukan trim aircraft nose up terjadi kembali dan berlanjut selama penerbangan,” katanya.
Pada pukul 23.32 UTC atau 6.32 WIB, FDR berhenti merekam data. Tim investigasi akan melakukan beberapa pemeriksaan termasuk pemeriksaan sensor AoA dan simulasi penerbangan dengan menggunakan engineering simulator milik Boeing. “Tim investigasi juga telah mendapatkan `quick access recrder (QAR) untuk dilakukan analisis lebih lanjut,” kata Nurcahyo.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan