Jakarta, Aktual.com — Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) menilai koalisi partai politik di pilkada serentak lebih pragmatis dengan pertimbangan menang kalah dibandingkan dengan pertimbangan kesamaan visi, misi, dan program.

“Sehingga tidak terdapat relevansi KIH-KMP di level nasional dengan pertimbangan dukungan pencalonan dalam pilkada serentak,” kata Koordinator JPPR Masykurudin Hafid, di Jakarta, Rabu (9/9).

JPPR merilis data mengenai peta koalisi antarparpol. Koalisi terbanyak dibentuk oleh PDIP-Nasdem yang mendukung 88 pasangan calon.

Berikutnya, koalisi PDIP-PAN mendukung 77 pasangan calon, Gerindra-PAN 76 pasangan calon, PDIP-Demokrat 75 pasangan calon, PDIP-Hanura 71 pasangan calon, Gerindra-Demokrat 68 pasangan calon, Nasdem-PAN 68 pasangan calon.

Sementara, Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan bahwa relasi ideologis antarpartai tidak lagi muncul dalam pilkada.

“Misalnya PDIP bisa berkoalisi dengan PKS, PDIP dengan PAN, dan seterusnya,” ujar Titi.

Riset mengenai peta koalisi tersebut mengajarkan kepada pemilih untuk benar-benar menilai calon. “Ketika relasi ideologis bukan menjadi prioritas utama, maka kualitas calon harus menjadi preferensi pemilih,” ucapnya.

Dia berpendapat bahwa ideologi partai jangan-jangan telah dikalahkan oleh aspek elektabilitas. Sehingga alih-alih melihat konsistensi berbasis ideologi, koalisi justru lebih dibangun pada basis elektabilitas.

Artikel ini ditulis oleh: