Jakarta, Aktual.co — Koalisi pimpinan Arab Saudi yang berusaha menghentikan gerak maju para pemberontak Syiah di Yaman tidak terburu-buru, sembilan hari memasuki kampanye serangan-serangan udara.
“Sembilan hari belum banyak waktu, khususnya karena koalisi itu memerangi milisi bukan tentara yang terorganisasi,” kata Brigadir Jenderal Ahmed Assiri kepada wartawan, dilansir Reuters, Sabtu (4/4).
“Kami tidak terburu-buru. Kampanye itu mencapai tujuannya dan Anda dapat melihat itu tiap hari,” tambahnya.
Dalam satu operasi pada Kamis malam (2/4), koalisi itu menyerang tank-tank milisi Houthi dan peralatan militer lainnya di Pulau Myun di selat bab al-mandab yang strategis, yang mungkin bisa mengancam kepada perkapalan, kata dia.
Banyak perdagangan maritim dunia melintasi selat tersebut.
Koalisi bertujuan mengalahkan para pemberontak Houthi yang merebut kekuasaan di Sanaa, ibu kota Yaman, pada Februari, dan yang Riyadh takutkan akan menguasai seluruh negara itu dan mengalihkannya menjadi orbit Iran.
Para pemberontak dukungan Iran itu bersekutu dengan satuan-satuan militer yang setia kepada mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh.
Arab Saudi mengerahkan 150.000 tentara dan 100 jet tempur yang ditugaskan dalam operasi yaman, menurut seorang penasehat Saudi, tetapi mengatakan pihaknya tak mempunyai rencana untuk mengirim pasukan darat ke negara itu.
Para pejuang yang setia kepada Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi memukul mundur pemberontak Houthi dari Aden tengah pada Jumat (3/4), setelah mereka diperkuat dengan senjata-senjata yang diterjunkan dengan parasut oleh pesawat-pesawat tempur pimpinan Saudi ke bagian kota pelabuhan yang terkepung itu.
Kemunduran dari sisi militer yang dialami Houthi terjadi setelah beberapa hari kemajuan di Aden, benteng utama dan terakhir para pejuang yang setia kepada Presiden Hadi kendati kampanye serangan udara telah dilancarkan untuk menghentikan Houthi dan mendukung Hadi.
Arab Saudi melancarkan serangan-serangan udara dengan dukungan para pendukung regionalnya.
Intervensi itu menandai langkah paling asertif Riyadh untuk melawan apa yang dilihatnya penyebaran kekuasaan Iran yang Syiah di kawasan tersebut, suatu pertempuran proxy juga yang berlangsung di Suriah, Irak dan Libanon.
Artikel ini ditulis oleh:

















