Jakarta, Aktual.com – Komite Olimpiade Indonesia (KOI) menegaskan jika saat ini sudah saatnya Indonesia fokus dalam melakukan pembinaan pada cabang olahraga banyak medali, sehingga tidak jauh tertinggal dengan negara lain terutama di Asia Tenggara.
“Kami optimistis bisa bangkit. Tapi untuk saat ini, kami prihatin dengan pencapaian kontingen Indonesia terutama pada SEA Games 2015,” kata Ketua KOI Rita Subowo di sela Workshop Evaluasi SEA Games 2015 di Wisma Kemenpora Jakarta, Kamis (25/6).
Pada SEA Games 2015 di Singapura, Indonesia hanya berada diposisi kelima dengan raihan 47 emas, 61 perak dan 74 perunggu. Hasil ini jauh dari harapan pemerintah yaitu 72 emas dan finis diurutan kedua.
Menurut Rita Subowo, minimnya pencapaian medali emas di SEA Games 2015 karena kontingen Indonesia lemah di cabang olahraga dengan banyak medali seperti aquatik (38 nomor) atletik (36-46 nomor, menembak (26 nomor) bahkan senam (lebih 20 nomor). Kondisi ini berbeda dengan Thailand yang sangat mendominasi.
“Meski tidak juara, Thailand selalu menempel dibawahnya. Perolehan medali juga tidak terlalu jauh. Makanya kita juga harus fokus seperti itu,” kata Rita menegaskan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi di cabang olahraga yang banyak medali, kata dia, Indonesia harus secepatnya membangun sarana olahraga yang memadai. Sebagai contoh renang. Harus dibangun indoor stadium.
“Jika ada indoor stadium akan mudah. Mau latihan kapanpun bisa. Selain itu juga bisa digunakan untuk pelatihan-pelatihan. Ini sudah dilakukan banyak negara yang hasilnya bisa dilihat,” kata mantan ketua umum KONI Pusat itu.
Selain menyiapkan sarana dan prasarana, saat ini juga harus dipersiapkan pelatih maupun wasit internasional. Hal ini dilakukan agar Indonesia bisa terlibat penuh dalam kejuaraan yang levelnya lebih tinggi. Selama ini keberadaannya belum maksimal.
Mantan ketua umum PB PBVSI itu menambahkan, demi meningkatkan prestasi juga harus ada keselarasan antar federasi sehingga tidak ada konflik horizontal. Saat ini tidak boleh lagi ada dualisme kepengurusan cabang olahraga yang berdampak pada persiapan atlet.
“Kalau masih ada yang bermasalah dibanned (dilarang) saja dan tidak dikirimkan ke kejuaraan internasional. Kami juga berharap tegas, terkait dengan penggunaan logo lima ring oleh KONI,” katanya menegaskan.
Kurang maksimalnya prestasi atlet Indonesia juga merupakan dampak konflik yang terjadi antara KOI dan KONI. Padahal sudah ada undang-undang yang mengatur tugas dan wewenang dua lembaga oahraga di Indonesia itu.
Artikel ini ditulis oleh: