Jakarta, Aktual.co — Ketua Komisi Disiplin (Komdis) PSSI, Hinca Panjaitan, mengatakan bahwa sanksi yang diberikan kepada pelaku “sepakbola gajah” ada hasil dari persekongkolan yang dilakukan oleh PSS Sleman dan PSIS Semarang.

Hal ini karena, kedua tim tersebut, dalam pertandingan penghujung babak delapan besar Divisi Utama, enggan untuk memenangkan pertandingan tersebut.

Itu karena, kedua tim tersebut tidak mau bertemu dengan klub asal Samarinda, Kalimantan Timur, Pusamania Borneo FC, yang merupakan runner up grup lainnya.

“Landasannya adalah karena mereka (pemain, pelatih dan ofisial PSS dan PSIS) bertanding untuk kalah, hanya untuk menghindarkan diri dari Bornoe FC,” jelas Hinca kepada wartawan di Sekretariat PSSI, Senayan, Jakarta, Kamis (20/11).

Selain itu Komdis PSSI juga mengungkapkan bahwa dari keputusan tersebut ada rekomendasi yang mengikat antara Komdis dengan PT Liga Indonesia (PT LI) selaku operator kompetisi sepakbola di Indonesia.

“Rekomendasi mengikat kepada PT LI adalah perangkat pertandingan yang ditugaskan pada pertandingan tersebut, agar dibebas tugaskan atau dinonaktifkan sampai investigasi selesai,” tambahnya.

Ditegaskan Hinca, bahwa keputusan tersebut dibuat berdasarkan beberapa kategori dan hukuman yang diberikan juga bisa dibanding.

“Karena menyangkut urusan klub, keputusan yang telah diberikan bisa dibanding oleh masing-masing klub,” tutup Hinca.

Dalam hukuman yang telah dijatuhkan sejak 11 November 2014 lalu itu, ada dua nama yang mendapatkan hukuman seumur hidup, tidak boleh beraktifitas dalam dunia sepakbola.

Dua nama itu adalah, Wahyu Winarto, manager PSIS Sleman. Dan Eko, pelatih kepala PSIS.

Artikel ini ditulis oleh: