Jakarta, Aktual.com – Terbakarnya Kilang Pertamina Internasional (KPI) unit Cilacap 36 T201 yang berisi Pertalite berisi 31.000 kiloliter Pertalite pada Hari Sabtu (13/11) menuai banyak perhatian baik dari pengamat maupun pejabat publik tentang mekanisme pengawasan dan pengamanan yang dilakukan oleh Perusahaan Plat merah tersebut.
Dari penelusuran tim Aktual.com kejadian terbakarnya kilang minyak Pertamina bukan hanya kali ini. Tapi sebelumnya sudah dua kali sepanjang tahun 2021 kilang tangki Pertamina terbakar yaitu pertama, pada Maret 2021 menimpa tangki kilang T301 Pertamina Balongan Indramayu dan kedua, Juni 2021 menimpa tangki Kilang PT Pertamina RU IV Cilacap, Jawa Tengah.
Berikut beberapa komentar terkait terbakarnya kilang minyak Pertamina Cilacap:
Ketua DPR Puan Maharani
“Seringnya kebakaran di kilang minyak Pertamina memerlukan evaluasi mendalam. Harus ada audit sistem pengamanan di kilang-kilang minyak milik Pertamina sehingga bisa ditemukan apa persoalannya agar bisa segera diatasi,” kata Puan.
Anggota Komisi VII DPR RI Rofik Hananto
“Perlu tim investigasi yang dibentuk khusus mengingat kejadian kebakaran kilang ini sudah sering terjadi,”
Anggota Komisi VII DPR Adian Yunus Yusak Napitupulu
“Ini [kebakaran] harus menjadi peristiwa terakhir. Harus diperiksa kenapa alam jadi kambing hitam. Petir kan sudah dari dulu,”
Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi
“Sistem pengamanan tersebut harus diaudit secara berkala oleh Kementerian ESDM dan Lembaga Independen,”
“Saya menduga ada semacam unsur kesengajaan dalam kebakaran beruntun. Kalau dugaan saya benar, apa tujuannya? Kita tahu kapasitas kilang Cilacap terbesar di antara kilang lain. Artinya bahan bakar minyak yang diolah di Cilacap dalam jumlah besar,”
Direktur Executive Energy Watch, Mamit Setiawan
“Terkait dengan peristiwa kembali terbakarnya tangki kilang Pertamina di Cilacap, saya memberikan catatan penting terhadap kejadian ini. Pertama, saya meminta agar dilakukan evaluasi terhadap semua Direksi KPI atas kejadian ini.”
Artikel ini ditulis oleh:
Dede Eka Nurdiansyah